Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BEI: Dampak Aksi Boikot Produk Pro Israel Masih Dapat Dikelola

Kompas.com - 17/11/2023, 22:30 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seruan boikot atas produk yang mendukung Israel terjadi di Indonesia. Beberapa merek yang diboikot berada di bawah naungan emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Meski demikian, Direktur Utama BEI Iman Rachman menyatakan bahwa dampak seruan boikot ini masih dapat dikelola dengan baik oleh para investor di Tanah Air.

“Kalau kita bicara emiten, investor kita kan juga melihat fundamental. Kalau kita bicara boikot ini kan berandai-andai apakah panjang dan sebagainya,” kata Iman di Balikpapan, Jumat (17/11/2023).

Baca juga: Imbas Agresi Militer Israel, Ratusan Ribu Masyarakat Palestina Jatuh Miskin

"Bukannya tidak berdampak secara signifikan, tetapi bagi pasar modal kita dampak boikot ini masih dapat dikelola dengan baik,” tambahnya.

BEI menilai dampak perang Israel-Hamas ke pasar modal lebih lebih kecil dibandingkan perang Rusia-Ukraina. Menurut Iman, efek dari perang Rusia-Ukraina lebih besar karena Rusia memiliki sumber energi yang dampaknya sangat signifikan.

Sementara dampak boikot produk pro Israel saat ini hanya menyasar sebagian kecil emiten di BEI. Dengan total jumlah saham yang terdaftar mencapai 904, investor dinilai masih memiliki banyak pilihan ketika ingin mengalihkan investasinya.

Baca juga: Marak Aksi Boikot Produk Pro Israel, YLKI: Itu Hak Konsumen

“Kalau terkait dengan ini saya masih positif melihatnya, artinya bukan saya bilang bahwa ini enggak berdampak signifikan. Tapi bagi pasar modal menurut saya ini masih bisa ter-manage, kalau saya melihatnya apa yang terjadi tentu saja pasti ada dampaknya,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Pasar Modal OJK Antonius Hari mendukung langkah BEI dalam menjaga stabilitas di pasar modal. Dia menekankan hal ini juga menjadi kesempatan bagi pelaku pasar untuk memanfaatkan situasi ini.

“Kami mendukung, apa pun yang mendorong stabilitas emiten itu penting sekali. Tapi, saya khawatir ini bisa ada orang yang untung banyak,” jelasnya.

“Begitu harga jatuh, orang pada beli. Nanti, dia tunggu kalau harga naik lagi dia jual, jadi bisa diamanfaatkan, fundamentalnya kan enggak jelek, jadi perlu hati-hati itu, bisa dimanfaatkan,” ujar Antonius.

Baca juga: Israel Sudah Tambah Utang Rp 121 Triliun sejak Deklarasikan Perang dengan Hamas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com