Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Starbucks Klarifikasi Rumor Alirkan Duit Keuntungannya ke Israel

Kompas.com - Diperbarui 16/11/2023, 20:33 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Seruan memboikot produk-produk yang dituding pro Israel menggema di media sosial seperti X (Twitter) maupun Instagram sejak beberapa hari terakhir.

Di lini masa, banyak yang menuding perusahaan multinasional asal Amerika Serikat dan Eropa Barat ikut menyokong Israel yang tengah membombardir Jalur Gaza, Palestina.

Daftar perusahaan-perusahaan beserta produknya yang diasumsikan mendukung kebrutalan Israel pun beredar di media sosial. Sejatinya, aksi boikot terjadi di banyak negara, tak hanya di Indonesia saja.

Di balik seruan ini, terdapat tujuan yang jelas: berhenti mendukung pihak-pihak yang terlibat dalam atau menormalisasi tindakan Israel terhadap rakyat Palestina.

Baca juga: Pantas Saja Israel Rakyatnya Makmur meski Tanpa Minyak, Apa Sebabnya?

Adapun gerakan global boikot produk Israel secara global dikampanyekan dengan tajuk BDS (Boycott, Divestment, Sanctions). DBS merupakan salah satu inisiatif global yang menentang pelanggaran hak-hak Palestina oleh Israel.

Klarifikasi Starbucks

Salah satu perusahaan yang terkena kampanye boikot adalah Starbucks, perusahaan pemilik jaringan gerai kopi di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sejumlah pihak menuding, raksasa kopi asal Amerika Serikat itu memiliki keterkaitan dan mendukung pemerintahan Israel secara finansial. 

Di Indonesia sendiri, waralaba Starbucks dimiliki oleh perusahaan lokal, PT Sari Coffee Indonesia yang sahamnya dikuasai PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP).

Selain itu, seruan boikot juga muncul setelah Starbucks menggugat serikat pekerjanya, Starbucks Workers United, yang menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina.

Baca juga: Deretan Produk yang Paling Banyak Diimpor RI dari Israel

Gugatan dilayangkan Starbucks, karena serikat pekerja dianggap menyalahgunakan nama, logo, dan kekayaan intelektual perusahaan.

Keputusan perusahaan untuk menempuh jalur hukum itu kemudian memicu gerakan boikot Starbucks di berbagai negara. Sebab, Starbucks dinilai memberikan dukungan terhadap Israel yang tengah membombardir Jalur Gaza, Palestina.

Menanggapi berbagai tudingan yang disampaikan, manajemen Starbucks menyatakan, perusahaan tidak mendukung berbagai tindakan yang mengandung kebencian dan kekerasan. Pernyataan ini disampaikan Starbucks lewat laman resminya.

"Kami dengan tegas menyatakan tidak mendukung tindakan yang mengandung kebencian dan kekerasan, sepenuhnya mendukung usaha perdamaian di dunia," tulis Starbucks di laman resminya, dikutip Kamis (16/11/2023).

Baca juga: Gambaran Susahnya Kehidupan Ekonomi dan Pekerjaan Warga Palestina

Manajemen juga menyatakan, Starbucks dan mantan presiden perusahaan, Howard Schultz, tidak pernah memberikan dukungan finansial kepada Israel.

Hal ini sebagaimana bentuk dari Starbucks yang merupakan organisasi non-politik. Pernyataan ini juga disampaikan dalam laman resmi perusahaan yang diperbaharui pada Oktober 2023.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com