KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Rizkiana Shadewi
HR Consultant/Konsultan SDM EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Indra Keenam

Kompas.com - 18/11/2023, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBELUM 1990, Apple dikenal sebagai perangkat yang digunakan kalangan kreatif, bukan sebagai perangkat yang fungsional, melainkan lebih sebagai gadget pelengkap. Mengapa? Orang sering tidak menggunakannya karena sistem operasi Apple tidak sama dengan yang umum dipakai orang.

Semua itu kemudian berubah ketika iklan Apple keluar dengan tagline “Think Different” sebagai reaksi terhadap kampanye IBM yang berbunyi “Think IBM”. Beberapa tahun kemudian, Steve Jobs mengakui bahwa ia sebenarnya tidak menyukai kampanye itu, tetapi secara intuitif ia sadar bahwa iklan ini akan efektif untuk menaikkan nilai perusahaannya. Ternyata, hal itu benar.

Pada masa kini, saat data dianggap raja dan banyak keputusan mengandalkan data, kita seolah-olah bergantung dan tidak berkutik bila data belum tersedia. Di sisi lain, tidak jarang kita temui seseorang yang menjadi terdepan dalam membuka bisnis atau menginisiasi automasi karena mampu mengendus kebutuhan tertentu dan melihat masa depan bagai cenayang. Terobosan-terobosan seperti ini biasanya menyebabkan perusahaan melesat dengan mencengangkan.

Apa yang membedakan orang-orang ini? Di ilmu psikologi, sering digunakan istilah intuisi atau gut instinct yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami sesuatu secara kilat, tanpa melalui proses reasoning yang disadari. Orang sering menyebutnya sebagai indra keenam.

Ada pemimpin yang mengasah judgement-nya setelah pengalaman bertahun-tahun. Karena itu, ia dapat seketika mencerna informasi dan akhirnya mengambil keputusan lebih cepat dari rata-rata manusia normal. Intuisi ini bukan menebak karena dasarnya tetap informasi yang obyektif dicampur dengan informasi yang subyektif. Intuisi juga bukan reaksi impulsif atau emosional karena dasarnya adalah pengalaman.

Perbedaan orang yang intuitif dengan yang tidak adalah inner voice-nya bersuara lebih keras sehingga bekerja seperti insting. Dengan memvalidasi keputusannya, ia seolah membuat eksperimen dan mengasah judgement-nya.

Konon, pada 1950-an, Boeing hanya memproduksi pesawat tempur. Lalu, Bill Allen yang memimpin Boeing saat itu tiba-tiba menginisiasi pesawat dengan daya terbang yang jauh lebih panjang. Ia meyakinkan pemegang saham untuk menginvestasikan 16 juta dollar AS dan melahirkan Boeing 707 pada 1957.

Bayangkan bila Allen hanya menjalankan business as usual dan tidak berani mengambil keputusan karena tidak ada data. Jadi, intuisi bisa dikatakan semacam seni. Kita perlu mempercayainya sehingga dengan data yang terbatas sekalipun, kita tetap dapat membuat keputusan yang cepat dan efektif. Richard Branson, pemilik Virgin Atlantics, berkata, “Saya lebih mengandalkan insting daripada meneliti statistik dalam jumlah besar.”

Kecerdasan saja tidak cukup

Pada era perubahan dan tantangan yang tiada henti ini, tuntutan pada seorang pemimpin kian kompleks. Inteligensi konvensional sudah tidak cukup untuk menanggulangi masalah yang bergerak tanpa kejelasan.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Dalam teorinya yang disebut Polyfagal Theory, Prof Stephen Porges menyebut konsep “subtle intelligence” yang merupakan reaksi terhadap sinyal yang datang. Reaksi ini berada di tingkat subsadar kita, seperti ekspresi kaget bila kita hampir jatuh.

Reaksi itu dipengaruhi medula, bagian otak yang secara refleks dan instan memerintahkan kita untuk bertindak tanpa pikir panjang dalam keadaan sehari-hari. Bagian lain dari otak yang bernama serebrum biasanya menggarap masalah yang kita hadapi dengan mengandalkan apa yang kita alami di masa lalu.

Dalam situasi yang kompleks yang sering kali tidak terjangkau oleh akal, kita butuh mengoordinasikan kerja serebrum dengan kelima indra kita. Serebrum yang merupakan seksi analitikal otak dalam proses berpikir perlu dihubungkan ketajaman indra agar mendapatkan jawaban yang lebih holistis.

Inilah yang sering disebut dengan indra keenam. Seperti yang dikatakan Kahlil Gibran, “Ketika sampai pada akhir dari apa yang mesti diketahui, Anda akan berada pada awal dari apa yang harus rasakan.”

Bayangkan, seorang eksekutif sedang menjajaki kerja sama dengan satu korporasi besar. Di tengah presentasi, ia merasakan ketegangan dan merasa bahwa presentasinya tidak akan membawakan hasil yang ia inginkan.

Lalu, ia langsung mempercepat presentasi agar bisa melanjutkan pertemuan one-on-one dengan calon mitranya itu. Di sinilah intuisinya bekerja dan bisa membawa hasil yang lebih efektif.

Keputusan dalam situasi seperti ini tidak cukup mengandalkan rasionalitas saja. Pemimpin harus berani memanfaatkan intuisinya. Bila ia sering melakukannya, keputusannya akan terasah sehingga ia bisa mengembangkan hubungan yang lebih dalam, menerawang berbagai kemungkinan, dan menciptakan solusi inovatif.

Menavigasi kompleksitas dan ketidakjelasan

Dalam membuat keputusan bisnis, indra keenam seorang pemimpin bisa menjadi panduan untuk mengidentifikasi informasi penting. Pemimpin perlu meningkatkan kepekaan untuk merasakan tantangan potensial dan harus yakin mengambil keputusan dalam keadaan ambigu sekalipun.

Dengan kekuatan perkembangan teknologi, seorang pimpinan perlu melampaui judgement para programmer untuk mendorong inovasi produk baru yang tidak terpikirkan oleh timnya.

Dengan timnya, pemimpin juga perlu membuat hubungan yang lebih mendalam agar bisa mengantisipasi kebutuhan timnya serta menciptakan suasana saling percaya dan berempati. Intuisi pemimpin dibutuhkan untuk tetap menciptakan lingkungan yang dinamis, mengikuti zaman, dan memfasilitasi aspirasi anggota timnya.

“Semakin Anda memercayai intuisi Anda, semakin kuat intuisi tersebut. Dengarkan.” Anna Taylor

 


Terkini Lainnya

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com