"Pada saat transaksi, KTP milik petani dan pupuk yang ditebus nanti difoto oleh kios melalui i-Pubers yang sudah dilengkapi dengan teknologi Geotagging. Teknologi ini bisa memberikan informasi tambahan seperti lokasi geografis, dan nama tempat transaksi," ujar Yana.
Adapun manfaat lain yang diperoleh dengan i-Pubers ini adalah adanya digitalisasi proses penebusan dan dokumen administrasi penebusan pupuk bersubsidi lebih teratur.
Baca juga: KTNA Ungkap Penyebab Petani Sulit Dapat Pupuk Subsidi meski Distribusi Pakai Aplikasi
Kemudian aplikasi ini memberikan kemampuan untuk menelusuri penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat kios dengan menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Selain itu akan mempermudah kontrol stok produk secara real-time.
Sementara itu, perwakilan dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Yanti Ermawati menuturkan, pengembangan aplikasi i-Pubers ini merupakan upaya agar penyaluran pupuk bersubsidi sesuai dengan sasaran.
"Pupuk bersubsidi ini menjangkau 5.931 kecamatan di seluruh Indonesia. Untuk memastikan pupuk bersubsidi betul-betul sampai ke sana, mau tidak mau harus ada aplikasi yang bisa menghimpun hingga bukti-bukti transaksinya. Kami mencoba dengan Pupuk Indonesia. Melalui uji coba ini, kendala-kendala yang muncul bisa dicarikan solusi," ujar Erma.
Ia mengungkapkan, i-Pubers ini akan dikembangkan untuk rencana pemerintah pada bantuan langsung, yang akan ditransfer uangnya kepada petani penerima bantuan dan akan terus melakukan perbaikan aplikasi untuk menyesuaikan dengan rencana tersebut.
Baca juga: Pupuk Indonesia Ingin Jadi Pemain Global Industri Green Ammonia
Sebelumnya, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat mengungkapkan petani hingga saat ini masih sulit mendapatkan pupuk subsidi meskipun pendistribusiannya sudah menggunakan aplikasi iPubers.
Ketua KTNA Jawa Barat Otong Wiranta menjelaskan yang menjadi penyebabnya adalah lantaran petani belum sepenuhnya mengerti soal mekanisme mendapatkan pupuk yang baru atau transisi dari cara manual ke online.
"Petani belum sepenuhnya mengerti soal mekanisme mendapatkan pupuk yang baru atau transisi dari cara manual ke online. Terutama petani padi yang sudah sepuh, latar pendidikan mereka hanya SD atau SMP," ujar Otong dalam diskusi virtual Rabu (6/12/ 2023).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.