Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pinjaman dari China Development Bank Buat Tutupi Pembengkakan Biaya KCJB Segera Cair

Kompas.com - 09/01/2024, 09:41 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pinjaman dana (loan) dari China Development Bank (CDB) terkait proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan segera cair.

Dana pinjaman ini untuk menutup cost overrun atau pembengkakan biaya dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Kendati begitu, Tiko, sapaan akrabnya tak merinci berapa besaran pinjaman yang disetujui, termasuk pula besaran bunga utangnya.

Baca juga: Bertemu PM China, Jokowi Minta Pembengkakan Biaya KCJB Dibereskan

"Sudah tandatangan, tapi saya angkanya lupa berapa. Tapi sudah tanda tangan, sudah mau cair," ujarnya di di Waskita Rajawali Tower, Jakarta, Senin (8/1/2024)

Ia menjelaskan, dana pinjaman tersebut akan masuk ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI. Lantaran, KAI merupakan pemimpin konsorsium BUMN yakni dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Adapun BUMN lain yang terlibat dalam pembangunan kereta modern tersebut yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

"Itu kan nanti loan-nya di KAI. Itu sebenarnya injeksi modal KAI," kata Tiko.

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah dimulai sejak 2016 yang mulanya ditargetkan rampung pada 2019, namun beberapa hambatan, seperti pandemi Covid-19, membuat kereta yang juga dikenal dengan sebutan Kereta Cepat Whoosh itu mundur ke 2023.

Mundurnya target pengerjaan proyek ini membuat terjadinya pembengkakan biaya sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,2 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per dollar AS), dari rencana semula sekitar Rp 113 triliun menjadi sebesar Rp 131 triliun.

Pembengkakan biaya tersebut pun ditanggung oleh pihak Indonesia dan China. Dari sisi Indonesia, pembengkakan biaya ditutupi melalui pinjaman dari CDB maupun suntikan dana dari negara melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).

Tiko sebelumnya pernah menyebutkan, Indonesia membutuhkan 550 juta dollar AS atau setara Rp 8,3 triliun untuk menambal pembengkakan biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

"Porsi yang kita butuhkan sekitar 550 juta dollar AS, pinjamannya sedang kita ajukan ke China Development Bank (CDB)," kata Tiko saat ditemui di gedung DPR RI, Senin (13/2/2023).

Baca juga: RI Harus Utang Lagi ke China Rp 8,3 Triliun untuk Tambal Pembengkakan Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Sementara dana dari negara, KAI menerima suntikan PMN dari tahun anggaran 2022 senilai Rp 3,2 triliun.

Terkait bunga utang dari pinjaman ke CBD, Tiko sempat mengatakan, pemerintah telah berhasil melakukan negosiasi dari awalnya sebesar 4 persen menjadi sekitar 3,7 persen-3,8 persen.

Ia bilang, bunga utang dari CBD itu jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat atau U.S. Treasury.

"Angkanya 3,7-3,8 persen, karena kita lihatin treasury yield-nya Amerika kan sekarang 5,25 persen. Artinya jauh di bawah treasury yield Amerika. Jadi memang itu bunga konsesi lah, diberikan bunga khusus juga dengan tenor yang panjang sekali, 35 tahun," ujar Tiko saat ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Selasa (31/10/2023).

Baca juga: Soal Pembengkakan Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Erick Thohir: Kalau Ada Korupsi, Kita Sikat!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com