Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Desa Gununghalu, Bisa Swasembada Energi Lewat Sungai

Kompas.com - 27/01/2024, 19:20 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Produk kopi yang diberi merek Tangsi Wangi itu pun dijual ke berbagai kota dari Jakarta hingga Jawa Timur.

Dalam setahunnya, koperasi itu berhasil meraup omzet hingga ratusan juta rupiah dari usaha kopinya.

Kembali ke pengembangan PLTH, fasilitas energi terbarukan itu pun harus terus dipantau operasionalnya agar terjaga dengan baik. "Sebab yang jadi PR besarnya adalah ketika sampah-sampah sungai masuk ke generator itu sulit. Atau ketika lagi banjir juga suka over kapasitas jadi harus dipantau," katanya.

Lantaran Toto tak mungkin tiap hari harus ke sungai untuk menjaga operasional PLTM itu, dirinya pun menugaskan anak muda di sana untuk bergantian memantau.

Imas Wiwi, salah satu warga di desa itu, merasa bersyukur dengan adanya PLTMH yang sekarang.

Sebab pada saat pemakaian listrik lewat kincir air, tak jarang dia mendapatkan kesulitan karena keterbatasan listrik. "Dulu masih suka hidup-mati ketika pakai kincir. Dipakai buat masak nasi enggak kuat, setrika juga enggak kuat, penerangan saja enggak normal," jelasnya.

"Tapi setelah ada PLTMH yah senang. Masak busa pakai listrik, setrika pakai listrik, mesin cuci pakai lustrik jadi sangat terbantu. Dipakai buat oven sama mixer juga kuat," sambungnya.

Suri, warga desa lainnya, mengungkapkan,  listrik PLN memang  tersedia, namun masyarakat yang menggunakannya hanya hitungan jari saja.

Suri bilang, alasan lebih memilih menggunakan PLTMH daripada listrik PLN adalah karena ekonomis.

"Kalau pakai lustrik PLN itu mahal, bisa Rp 100.000-150.000. Sementara kalau pakai PLTMH lebih murah, hanya Rp 25.000 sebulan bisa pakai semuanya," katanya.

Sementara itu, Manajer Program Transformasi Energi, IESR Deon Arinaldo mengungkapkan, PLTMh Gununghalu bisa jadi contoh bagaimana pemanfaatan energi terbarukan bisa diptimalkan untuk mendukung potensi dan kearifan lokal.

"Ini contoh nyata energi terbarukan dalam mewujudkan demokratisasi energi. Masih ada potensi PLTMh di Jawa Barat berdasarkan kajian IESR sekitar 200-1.000 MW. Pemerintah perlu mendukung dengan memberikan penguatan kapasitas BUMDes atau koperasi masyarakat untuk mengelola pembangkit listrik terbarukan skala kecil tersebar," kata Deon Arinaldo.

Baca juga: Hasil Survei, Subsidi Kendaraan Listrik Jadi Program Transisi Energi Paling Populer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com