Purbaya bilang, dari observasi dan evaluasi atas kinerja ekonomi dan perbankan menunjukkan beberapa hal, antara lain proses pemulihan ekonomi global masih diwarnai beberapa risiko ketidakpastian.
Ini terlihat dari pemulihan ekonomi global yang masih lemah dan cenderung divergen, perbedaan ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga kebijakan bank sentral utama, dampak fragmentasi geopolitik kawasan terhadap harga komoditas, perdagangan global, dan aktivitas investasi; serta agenda politik di berbagai negara yang mempengaruhi arah kebijakan ekonomi.
Dari sisi kinerja ekonomi domestik, Purbaya menyebut bahwa Indonesia berada di jalur pemulihan yang tepat diikuti pertumbuhan sisi konsumsi dan produksi.
Baca juga: LPS Sebut Persiapan Pelaksanaan Program Penjaminan Polis Telah Capai 35 Persen
Hal tersebut tercermin antara lain dari kinerja hingga akhir tahun 2024 dimana posisi Desember 2023, PMI manufaktur yang tetap berada di zona ekspansi, penjualan ritel juga terus tumbuh, indeks kepercayaan konsumen yang positif, serta tingkat inflasi yang terkendali.
Purbaya juga menyampaikan beberapa perkembangan positif terkini yaitu Kinerja intermediasi perbankan yang terus membaik. Pada Desember 2023, kredit perbankan tumbuh sebesar 10,38 persen secara tahunan, sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 3,73 persen secara tahunan.
Purbaya juga menekankan, pasca penetapan TBP periode reguler September 2023 yang lalu dan berdasarkan data pergerakan suku bunga simpanan terkini, terdapat beberapa perkembangan yaitu, Suku bunga pasar simpanan (SBP) rupiah naik 21 bps ke level 3,5 persen dibandingkan periode penetapan TBP bulan September 2023.
Kondisi likuiditas yang masih longgar dan perkembangan ekspansi kredit mempengaruhi kenaikan suku bunga simpanan menjadi lebih gradual.
Baca juga: Kenalkan Program Penjaminan, LPS Bakal Punya 3 Kantor Perwakilan
Sementara itu untuk SBP simpanan valas, terpantau kenaikan sebesar 15 bps ke level 2,01 persen dibandingkan periode penetapan TBP bulan September 2023.