Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Sebut Program Makan Gratis Bisa Tingkatkan Ekonomi hingga 2 Persen, Bagaimana Caranya?

Kompas.com - 06/02/2024, 16:38 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto menyebutkan, program makan siang gratis yang diusung akan dapat mengerek pertumbuhan ekonomi hingga 2 persen.

Dalam gelaran Debat Terakhir Capres, Prabowo mengatakan, program yang disiapkan untuk mengatasi permasalahan gizi masyarakat itu akan dapat mengatasi isu lain, seperti kesejahteraan masyarakat.

"Salah satu proyek strategis adalah memberi makan bergizi untuk seluruh anak Indonesia, termasuk yang masih di dalam kandungan ibunya, dan selama sekolah," ujar dia dalam Debat Capres Terakhir, Minggu (4/2/2024).

Baca juga: Fokus Kampanye Prabowo-Gibran, Erick Thohir Tidak Akan Cuti Panjang

"Ini akan mengatasi angka kematian ibu waktu lahir. Ini akan mengatasi stunting, ini akan menghilangkan kemiskinan, ini akan menyerap semua hasil panen petani nelayan. Ini akan meningkatkan ekonomi kita minimal 1,5 sampai 2 persen," sambungnya.

Lantas, bagaimana sebenarnya korelasi antara program makan siang gratis dengan pertumbuhan ekonomi?

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Eddy Soeparno, mengatakan, secara garis besar program makan siang gratis akan berimplikasi terhadap pemberdayaan masyarakat, sehingga pada akhirnya membantu mendorong roda perekonomian.

Baca juga: Dukung Prabowo, Luhut: Kalau Perubahan, Artinya Mulai dari Nol Lagi

Eddy menjelaskan, untuk menjalankan program makan siang gratis yang akan menyasar siswa, balita, anak-anak, hingga ibu hamil, diperlukan anggaran belanja pemerintah sebesar Rp 1,4 triliun setiap harinya.

Anggaran tersebut akan disebar ke setiap daerah untuk menyediakan makan siang gratis di tingkat daerah.

"Itu caranya gimana menyediakan makan siang gratis itu, itu di setiap kampung, di setiap desa, di setiap RT diberdayakan," ujar dia kepada Kompas.com, Selasa (6/2/2024).

Baca juga: Luhut Resmi Dukung Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024

Untuk menjalankan program makan siang gratis, diperlukan pengadaan barang dan jasa yang diklaim akan melibatkan pelaku usaha kecil di bidang makanan dan minuman hingga perdagangan.

"Kantin sekolahnya diberdayakan, terus kemudian di desa-desa, UMKM-UMKM diberdayakan, untuk menyiapkan makanannya, otomatis akan bergerak," kata Eddy.

Dengan adanya pemberdayaan tersebut, aktivitas ekonomi yang berasal dari industri makanan dan minuman serta industri perdagangan akan meningkat, dan berkontribusi terhadap peningkatan produk domestik bruto (PDB).

Baca juga: Kala Prabowo Curhat Kapok Main Saham...

Eddy pun meyakini, kontribusi positif dari makan siang gratis terhadap pertumbuhan ekonomi akan langsung dirasakan setelah program tersebut digulirkan.

"Jadi pemberdayaan masyarakat, itu lah yang menggerakan perekonomian, meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ucap Eddy.

Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 sebesar 5,05 persen secara tahunan.

Jika dilihat berdasarkan komponen pembentuknya, industri perdagangan berkontribusi sebesar 12,94 persen terhadap perekonomian Indonesia, sementara industri akomodasi, makanan, dan minuman hanya berkontribusi 2,52 persen.

Baca juga: Prabowo: Yang Pertanyakan Food Estate, Dia Tidak Paham atau Tidak Mau Paham...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com