Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Negara Bersaing Pasok KRL ke RI, Pilihan Jatuh ke China

Kompas.com - 07/02/2024, 10:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter mengungkapkan tiga negara yang bersaing untuk bisa memasok KRL ke Indonesia, yakni China, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel). Namun, yang akhirnya terpilih yakni KRL dari China.

Corporate Secretary KCI Anne Purba mengatakan, penawaran pengadaan KRL baru datang dari perusahaan asal China CRRC Sifang Co Ltd, perusahaan asal Jepang J-TREC, serta dua perusahaan asal Korsel Wojin dan Dawonsys. KCI pun mempertimbangkan proposal dari keempat perusahaan itu.

"Kalau pengadaan di perusahaan kita bisa merekomendasi beberapa untuk kita bisa melihat perbandingannya," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Pusat KCI, Jakarta, Selasa (6/2/2024).

Ia menjelaskan, mulanya KCI ingin melakukan impor KRL bekas dari Jepang, namun pada akhirnya batal karena tak mendapat restu dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Sesuai aturan, KCI harus mengimpor KRL baru.

Baca juga: KCI Mau Tambah Lagi 8 KRL Baru, Lelang Segera Dilakukan

KCI pun melakukan komunikasi dengan berbagai pihak penyedia atau manufaktur dari beberapa negara produsen untuk pengadaan KRL baru.

Mulanya proposal yang datang dari J-TREC, produsen KRL Jepang yang seluruh sahamnya dimiliki JR-East. Anne bilang, dalam proses yang berlangsung terjadi perubahan biaya pengadaan KRL dari proposal yang diajukan J-TREC di Juni 2023 dengan Oktober 2023.

Menurut Price Proposal JR East tanggal 30 Juni 2023 yang pernah dibagikan oleh Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha PT KAI John Robertho saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI di Kompleks Parlemen, Selasa (19/9/2023), harga 3 KRL baru dari pabrikan asal Jepang senilai Rp 676,8 miliar (asumsi kurs Rp 104,44 per yen).

Namun pada Oktober 2023 terjadi perubahan rekomendasi teknis, dan pembiayaan yang diajukan J-TREC menjadi lebih tinggi dari proposal sebelumnya pada Juni 2023. Kendati begitu, Anne enggan mengungkapkan berapa perubahan biaya yang ditawarkan J-TREC.

Baca juga: Pilih Impor KRL dari China, KCI Bantah Ada Konflik Kepentingan

"Tetapi Oktober (2023) proposal yang kami terima dari Jepang memang mengalami kenaikan. Sehingga perlu ada membandingkan dengan yang lain, ada Wojin dan Dawonsys, kemudian juga CRRC Sifang," kata dia.

Maka setelah mempertimbangkan proposal dari keempat perusahaan itu, KCI pun memutuskan untuk memesan KRL baru dari CRRC Sifang.

KCI pun telah meneken kontrak dengan CRRC Sifang untuk pengadaan tiga rangkaian KRL baru senilai Rp 783 miliar pada 31 Januari 2024. Tiga KRL yang akan diimpor dar China itu jenis seri KCI-SFC120-V.

Anne menyebut, dari sisi harga CRRC Sifang lebih kompetitif ketimbang negara lainnya, termasuk bila dibandingkan dengan dua perusahaan asal Korsel. Hanya saja, dia enggan mengungkapkan biaya KRL baru yang ditawarkan oleh Wojin dan Dawonsys.

Baca juga: KCI Bantah Menolak Impor KRL Jepang karena Diancam China

"Pada saat kami menerima semua proposal itu (dari perusahaan China, Jepang, Korsel) memang CRRC paling kompetitif," ungkapnya.

Selain perihal biaya, KCI memilih memesan KRL baru dari China karena spesifikasi teknisnya paling mendekati kebutuhan RI. Spesifikasi ini mengacu pada yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.

"Ada spesifikasi teknis yang sangat mendekati dari CRRC, karena dia memang produksi benar-benar sesuai kebutuhan kita. Kalau yang dari Korea, mayoritas mereka masih menggunakan alumunium, sementara kita kan sudah stainless steel," jelas Anne.

Spesifikasi lainnya yang juga dipertimbangkan yakni ruang bebas, prasarana, ukuran rel, hingga kualitas AC. Berbagai spesifikasi itu dinilai bisa dipenuhi oleh produsen China tersebut.

Baca juga: KCI: Harga KRL dari China Lebih Murah Ketimbang Jepang

Tak hanya itu, Anne bilang, CRRC Sifang juga mampu memenuhi persyaratan ketepatan waktu pengiriman (time delivery) agar kereta bisa digunakan sehingga pengguna KRL dapat terlayani dengan baik.

Menurutnya, time delivery menjadi poin penting dalam pemenuhan sarana KRL khususnya di Jabodetabek, di mana KCI harus memastikan ketersediaan sarana karena proses peremajaan kereta terus dilakukan.

"Dalam kerja sama ini KAI Commuter dan CRRC Sifang juga sepakat untuk melakukan transfer knowledge untuk penanganan operasional ke depan," ucapnya.

Baca juga: Jadwal KRL dari Yogyakarta ke Solo Februari 2024

KCI bantah ada konflik kepentingan

KCI membantah adanya konflik kepentingan dari keputusan memilih impor rangkaian KRL baru dari China ketimbang Jepang.

Keputusan KCI memilih impor dari China memang menimbulkan dugaan di publik bahwa adanya ancaman dari China Development Bank (CDB) yang akan menahan pemberian utang proyek Kereta Cepat Whoosh jika RI pilih Jepang.

Lantaran, proposal awal pengadaan KRL yang diterima oleh KCI adalah dari produsen Jepang, J-TREC, namun berakhir pemesanan dari produsen China, CRRC Sifang. Terlebih produsen asal China ini yang juga memproduksi Kereta Cepat Whoosh.

Terkait dugaan tersebut, Anne pun menegaskan bhawa keputusan pengadaan impor rangkaian KRL baru dari CRRC Sifang tidak ada hubungannya dengan proyek Kereta Cepat Whoosh.

Baca juga: KCI Beberkan Spesifikasi KRL Impor China Lebih Unggul Dibanding Jepang

"Tidak ada hubungannya, pure (murni) enggak ada hubungannya. Pengadaannya, prosesnya, benar-benar pengadaan. Tidak ada pengaruh dari siapa pun," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Pusat KCI, Jakarta, Selasa (6/1/2024).

Menurutnya, CRRC Sifang dipilih karena telah memenuhi sejumlah persyaratan untuk pengadaan KRL di Indonesia.

Selain itu, CRRC Sifang juga dinilai memiliki pengalaman di industri perkeretaapian. Perusahaan ini memiliki portofolio memproduksi kereta commuter dan kereta cepat untuk 28 negaradi beberapa negara, termasuk Eropa dan Asia.

KRL impor dari China tiba awal 2025

Usai meneken kontrak dengan CRRC Sifang pada 31 Januari 2024, tiga rangkaian KRL baru yang diimpor dari China akan tiba di Indonesia pada awal 2025. Pengirimannya akan dilakukan secara bertahap ke RI.

Anne menjelaskan, rangkaian kereta pertama akan tiba dalam 13,5 bulan mendatang, atau sekitar Maret 2025. Sementara keseluruhan KRL akan tiba dalam 15 bulan mendatang, atau sekitar April 2025.

"Totalnya, untuk kedatangannya itu 15 bulan untuk semuanya, tetapi trainset (rangkaian kereta) pertama itu 13,5 bulan," kata dia.

Baca juga: Pilih Impor KRL dari China, KCI Sebut Spesifikasi Keretanya Pas

Nantinya, setelah rangkaian KRL tiba satu per satu, maka akan dilakukan uji coba terlebih dahulu dengan jarak tempuh 4.000 kilometer (km).

Uji coba itu untuk mendapatkan sertifikasi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Targetnya itu adalah lulus uji dulu yang 4.000 km. Jadi sekitar 15 bulan (seluruh rangkaian sampai), dan di bulan ke-16 sudah bisa melayani penumpang. Jadi ada sertifikasi dari DJKA," jelasnya.

Adapun pengadaan sarana KRL baru ini sebagai upaya KCI dalam memenuhi sarana KRL untuk mengakomodir pengguna KRL Jabodetabek yang ditargetkan mencapai 2 juta pengguna per hari pada 2025.

Sebagai catatan, saat ini rata-rata volume pengguna KRL Jabodetabek pada hari kerja sebanyak 870.000-950.000 orang per hari.

Baca juga: Problematika Eskalator Stasiun Bekasi yang Bikin Pengguna KRL Berduka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com