JAKARTA, KOMPAS.com - Permata Institute for Economic Research (PIER) mengungkapkan fenomena masyarakat yang makan tabungan atau mantab diindikasikan justru terjadi pada masyarakat yang belum digolongkan sebagai miskin.
Chief Economist PermataBank Josua Pardede mengatakan, masyarkat golongan ini justru mendapat tekanan dari berbagai kondisi ekonomi yang terjadi saat ini.
"Kelompok masyarakat yang belum masuk kategori miskin, rentan miskin, tetapi dampaknya sudah mulai terasa dengan adanya tren kenaikan harga pangan dengan fenomena el nino," kata dia dalam media briefing, Rabu (7/2/2024).
Baca juga: Menunggu Peran Pemerintah Atasi Fenomena Makan Tabungan
Ia menambahkan, kelompok ini dapat mencakup juga pekerja yang sektornya masih terpuruk akibat kondisi global.
Kelompok tersebut dapat terjadi pada pekerja di sektor tekstil dan alas kaki yang banyak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) belakangan ini.
"Kemungkinan kelompok masyarakat tersebutlah yang mungkin akan berdampak signifikan, sehingga fenomena mantab itu terindikasi," imbuh dia.
Josua menjelaskan, masyarakat penghasilan rendah justru menunjukkan pertumbuhan tingkat keyakinan konsumen. Hal tersebut tercermin melalui indeks keyakinan konsumen (IKK) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI).
Baca juga: Fenomena Makan Tabungan dan Simpanan Masyarakat yang Melandai
"Ini dipengaruhi juga oleh penyaluran bansos (bantuan sosial) yang reguler, di samping itu juga ada tambahan penyaluran bansos untuk memitigasi dampak dari el nino," ujar dia.
Berbeda, kelas menengah atas justru tidak menunjukkan bukti pengurangan tabungan di perbankan. Pasalnya, tabungan dengan nominal di atas Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar masih terjadi peningkatan.
"Pada saat ada kecenderungan penurunan giro ini kita semestinya indikasinya positif," tutur dia.
Baca juga: Bukti Nyata Masyarakat RI Mulai Makan Tabungan
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, secara umum dana pihak ketiga (DPK) perbankan masih dalam tren pertumbuhan.
Sebagai gambaran, tabungan di atas Rp 5 miliar masih terus bertumbuh. Tren pertumbuhan tersebut juga masih terjadi pada tabungan masyarakat dengan nominal di atas Rp 100 juta.
"Cuma (tabungan) yang di bawah Rp 1 juta agak melambat. Itu belum tentu mereka mantab (makan tabungan," kata dia
Sementara itu, berdasarkan data Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) periode November 2023, alokasi pendapatan untuk menabung mengalami penurunan, dari 15,7 persen menjadi 15,4 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.