Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat soal Impor Pangan: Bukan Hanya Beras, Garam Pun Impor

Kompas.com - 09/02/2024, 16:52 WIB
Elsa Catriana,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur eksekutif INDEF Esther Sri Astuti mengaku miris dengan keadaan tata kelola pangan Indonesia lantaran Indonesia sering sekali mengimpor berbagai komoditas pangan. 

Bukan hanya beras, dia menyebutkan Indonesia juga mengimpor komoditas lain mulai dari sayur-mayur, buah-buahan, sampai garam. 

“Problem pangan di Indonesia banyak sekali impor, bukan hanya beras saja, sayur-mayur, buah-buahan sampai garam pun impor. Padahal kita tahu lautan luas tapi kenapa garam saja kita impor. Apakah kita tidak bisa memproduksi garam, ini hal yang sangat menyedihkan,” ujar Esther dalam FGD Arah Kebijakan Pangan Indonesia Pasca Pemilu 2024 yang disiarkan di YouTube, Jumat (9/2/2024).

Baca juga: Ahok Sebut Impor Negara Ini Gila-gilaan

Ilustrasi ekspor, ilustrasi impor, ilustrasi neraca perdagangan. SHUTTERSTOCK/AVIGATOR FORTUNER Ilustrasi ekspor, ilustrasi impor, ilustrasi neraca perdagangan.

Esther bilang, berdasarkan data BPS, impor pangan Indonesia dari tahun ke tahun sangat meningkat jumlahnya. Khusus untuk beras saja, pengadaan yang dilakukan di tahun lalu, yakni lebih dari 3 juta ton merupakan importasi tertinggi selama 5 tahun ke belakang. 

Padahal di tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras

Pun dengan gula. Esther mengatakan, pada zaman Belanda dulu, Indonesia masuk menjadi negara terbesar penghasil gula.

Namun saat ini, Indonesia justru masuk ke dalam 10 negara yang paling doyan mengimpor gula. 

Baca juga: Persiapan Pelindo Multi Terminal Layani Bongkar Muat Kargo Beras Impor Milik Bulog

Berdasarkan fakta-fakta tersebut pun, dia menilai, kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam masalah pangan bersifat populis dan cenderung hanya memikirkan jangka pendek. 

“Contoh beras produksinya kurang maka impor, kalau gula kurang maka impor. Semua diimpor kita tidak berpikir jangka panjang bagaimana bisa swasembada kalau impor terus,” jelas dia. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com