Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Titania Audrey Al Fikriyyah
Pegawai Negeri Sipil

Anggota Komunita Kemenkeu

Cukupkah Cukai Minuman Berpemanis Mengatasi Diabetes dan Obesitas?

Kompas.com - 12/02/2024, 07:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berdasarkan data BPS, kontribusi industri pengolahan makanan dan minuman nasional atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai 38,35 persen terhadap industri pengolahan nonmigas atau 6,32 persen dari total perekonomian nasional pada tahun 2022.

Apabila aturan cukai MBDK diterapkan, menurut hasil penelitian dari Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), kenaikan harga minuman berpemanis sebesar 20 persen akan menurunkan permintaan rata-rata sebesar 17,5 persen atau 14,3 persen hingga 18,6 persen untuk setiap kelompok minuman berpemanis (Harian Kompas, 2024).

Walaupun begitu, adanya pengenaan cukai MBDK sebaiknya dilengkapi dengan kebijakan pendukung lainnya untuk menambah upaya penurunan prevalensi diabetes dan obesitas.

Salah satu strategi kebijakan yang dapat diterapkan adalah kebijakan NutriGrade yang telah diterapkan di Singapura. NutriGrade adalah kebijakan Pemerintah Singapura untuk memberikan label dari A sampai D pada produk makanan dan minuman.

Pemberian label ini didasarkan pada kandungan gula serta lemak jenuh dalam suatu produk. Produk yang mendapat label D adalah produk yang memiliki kandungan gula serta lemak jenuh tertinggi sehingga dilarang beriklan di Singapura.

Kebijakan ini mendorong pelaku usaha di Singapura untuk melakukan reformulasi terhadap produknya agar dapat meraih label A.

Masyarakat pun diuntungkan dengan adanya kebijakan ini karena memudahkan mereka dalam memilih makanan dan minuman yang lebih sehat.

Namun, upaya ini saja juga tidak cukup karena beberapa hasil penelitian menunjukkan terkadang nutrisi yang tercatat pada suatu produk tidak sesuai dengan kandungan aslinya.

Profesor Kesehatan Anak Michael I. Goran, PhD dalam bukunya Sugarproof menemukan bahwa hasil uji lab menunjukkan adanya kandungan gula di suatu produk yang justru lebih tinggi dari yang tertera di produknya.

Hasil yang sama juga ditemukan oleh salah satu influencer teknologi pangan Indonesia, Dennis Guido, yang menguji beberapa produk minuman yang ternyata memiliki kandungan gula lebih tinggi dari yang tertera di produk.

Oleh karena itu, edukasi dalam skala rumah tangga menjadi hal yang sangat mendasar dalam upaya mengurangi konsumsi gula di masyarakat.

Edukasi tersebut dapat mencakup informasi terkait kebutuhan konsumsi gula harian, dampak konsumsi gula berlebih, serta strategi memilih makanan atau minuman.

Untuk membangun generasi masyarakat Indonesia yang sehat memang diperlukan sinergi dari berbagai sektor, baik dari Kementerian Kesehatan selaku leading sector, Kementerian Keuangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan sebagainya.

Kita berharap pengenaan cukai tetap dibarengi dengan upaya edukasi dan perbaikan pengawasan pangan sebagai bentuk komitmen serius Pemerintah dalam mengatasi masalah diabetes dan obesitas yang saat ini telah dianggap sebagai epidemi global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DKI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 hingga 30 Juni 2024, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Bank DKI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 hingga 30 Juni 2024, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Kemendag Rilis Daftar 11 Komoditas dengan Perubahan Lartas, Apa Saja?

Kemendag Rilis Daftar 11 Komoditas dengan Perubahan Lartas, Apa Saja?

Whats New
Wafatnya Presiden Iran Diyakini Tak Berdampak Signifikan ke Perekonomian Global

Wafatnya Presiden Iran Diyakini Tak Berdampak Signifikan ke Perekonomian Global

Whats New
Anomali Harga Emas yang Terus-terusan Cetak Rekor Tertinggi

Anomali Harga Emas yang Terus-terusan Cetak Rekor Tertinggi

Whats New
Menhub Curhat Kurangnya Komitmen Pemda Bangun Transportasi Massal

Menhub Curhat Kurangnya Komitmen Pemda Bangun Transportasi Massal

Whats New
Demi Jaga Integritas Perkebunan, Kementan Adakan Sosialisasi SPI

Demi Jaga Integritas Perkebunan, Kementan Adakan Sosialisasi SPI

Whats New
Kementerian BUMN Beberkan Penyebab Terjadinya Indikasi Korupsi di Biofarma

Kementerian BUMN Beberkan Penyebab Terjadinya Indikasi Korupsi di Biofarma

Whats New
Jadwal Operasional BCA Selama Libur 'Long Weekend' Waisak 2024

Jadwal Operasional BCA Selama Libur "Long Weekend" Waisak 2024

Whats New
14 Etika E-mail Profesional yang Perlu Diketahui

14 Etika E-mail Profesional yang Perlu Diketahui

Work Smart
Ini Penyebab Indofarma Mandek Bayar Gaji Karyawan

Ini Penyebab Indofarma Mandek Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Singapura Promosikan Diri Jadi Tuan Rumah Konferensi dan Pameran

Singapura Promosikan Diri Jadi Tuan Rumah Konferensi dan Pameran

Whats New
Bank DKI Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Bank DKI Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Belanda Mau Investasi Energi Terbarukan di RI Senilai Rp 10,16 Triliun

Belanda Mau Investasi Energi Terbarukan di RI Senilai Rp 10,16 Triliun

Whats New
Mau Bangun KRL Surabaya-Sidoarjo, Menhub Gandeng Bank Pembangunan Jerman

Mau Bangun KRL Surabaya-Sidoarjo, Menhub Gandeng Bank Pembangunan Jerman

Whats New
Gandeng TKDN, Pupuk Kaltim Tingkatkan Keamanan dan Keselamatan Armada

Gandeng TKDN, Pupuk Kaltim Tingkatkan Keamanan dan Keselamatan Armada

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com