JAKARTA, KOMPAS.com - Pengaturan keuangan bisa menjadi sumber pertengkaran dalam rumah tangga. Keluarga yang tidak memiliki pengaturan keuangan yang matang dapat terjerumus pada berbagai masalah di kemudian hari.
Selain itu, adanya utang yang menumpuk pada salah satu pasangan juga dapat menjadi masalah dalam keuangan keluarga.
Belum lagi, keluarga juga dihadapkan pada masalah yang muncul karena ketidakseimbangan alokasi keuangan antara suami dan istri.
Baca juga: Simak 6 Tips Mengelola Keuangan untuk Generasi Sandwich
Untuk itu, pasangan suami istri perlu menyadari terdapat beberapa tanda perilaku keuangan yang bisa saja merusak hubungan keluarga.
Tanda-tanda ini bisa dicegah sebelum nantinya menimbulkan masalah keuangan keluarga.
Lantas bagaimana tanda-tanda pasangan memiliki perilaku keuangan yang tidak sehat?
Dilansir dari laman resmi sikapiuangmu.ojk.go.id, berikut ini adalah tiga contoh perilaku keuangan tidak sehat yang perlu dihindari pasangan suami istri.
Baca juga: AI dan Stabilitas Sistem Keuangan
1. Tidak Transparan dalam keuangan
Pasangan yang menyembunyikan transaksi keuangan, seperti membeli barang mewah atau mengajukan pinjaman tanpa persetujuan pasangan dapat menciptakan rasa curiga dalam hubungan.
Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk saling berkomunikasi, membangun kepercayaan, dan membuat keputusan keuangan bersama agar dapat mencapai tujuan keuangan yang sehat dan hubungan yang harmonis.
Perlu diingat, setiap keputusan keuangan perlu dicapai berdasarkan kesepakatan dan dikomunikasikan secara transparan.
Baca juga: Penanganan Kemiskinan Ekstrem dengan Inklusi Keuangan
2. Tidak Setara dalam Hal Keuangan
Kerap terbetik cerita suami yang membatasi keuangan istri. Misalnya suami tidak mengalokasikan dana yang cukup untuk kebutuhan hidup, atau menyimpan semua aset keuangan dalam rekening pribadi. Dari sana, istri jagi tidak memiliki akses keuangan.
Akibatnya, istri tidak memiliki kebebasan dalam mengelola keuangan dan kehilangan kemandirian finansial. Pola perilaku seperti ini dapat menciptakan ketidaksetaraan dan merusak kepercayaan dalam hubungan.
Padahal, tujuan bersama perlu dicapai dengan kerja sama, dalam hal mencapai tujuan keuangan juga perlu rasa saling percaya dalam berkomunikasi dan berbagi tugas.