Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi, Peneliti, dan Konsultan

Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Saat ini berkiprah sebagai akademisi, peneliti, dan konsultan. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

Apakah Narasi Ekonomi Terbesar Masih Relevan?

Kompas.com - 18/03/2024, 05:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA juara di Asia Tenggara! Dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 1,4 triliun dollar AS pada tahun 2023, Indonesia menjadi ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Dengan nilai PDB tersebut, Indonesia menjadi peringkat ke-16 di dunia.

Narasi lain yang muncul adalah prediksi lembaga riset internasional menunjukkan potensi Indonesia naik ke posisi ekonomi dunia ke-4 atau ke-5 pada 2050.

Kritik narasi ekonomi terbesar

Menjadi nomor satu di Asia Tenggara bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan terus menerus.

Perlu diingat, populasi Indonesia adalah yang terbesar di Asia Tenggara, mencapai lebih dari 270 juta jiwa. Ini berarti Indonesia memiliki 40 persen dari seluruh penduduk Asia Tenggara.

Sangat wajar ketika Indonesia menduduki posisi teratas di kawasan ini. Urutan berikutnya diisi oleh Thailand, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Malaysia.

Namun, fokus seharusnya juga pada PDB perkapita, yang lebih mencerminkan kesejahteraan individu.

Data dari IMF menunjukkan bahwa Singapura menempati posisi teratas dengan PDB perkapita sebesar 87.880 dollar AS di tahun 2023. Diikuti oleh Brunei Darussalam dengan 34.390 dollar AS, Malaysia dengan 13.030 dollar AS, Thailand dengan 7.230 dollar AS, dan Indonesia yang berada di posisi kelima dengan 5.110 dollar AS.

Narasi PDB tetap penting, tetapi dalam konteks tertentu. Sebagai contoh, dalam negosiasi perdagangan internasional atau mengundang investor untuk masuk ke Indonesia, nilai PDB menunjukkan kekuatan total.

Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja di Indonesia adalah sektor informal dan kurang stabil secara ekonomi. Menurut data BPS, 59 persen pekerja di sektor non-pertanian masuk kategori informal.

Fakta lain menunjukkan bahwa dari 135 juta penduduk yang bekerja, hanya 3 persen masuk kategori “berusaha yang dibantu pekerja tetap”.

Selebihnya adalah berusaha sendiri, namun tidak memiliki pekerja (22 persen), berusaha yang dibantu pekerja tidak tetap atau pekerja tidak dibayar (15 persen), karyawan/pegawai (38 persen), pekerja bebas (9 persen), dan pekerja keluarga yang tidak dibayar (13 persen).

Data menunjukkan bahwa PDB/kapita lebih mencerminkan realitas ekonomi kebanyakan masyarakat, termasuk pekerja informal, kelas menengah, dan bawah, yang kehidupannya bergantung pada upah.

Oleh karena itu, penting untuk melampaui narasi ekonomi terbesar dan memberi prioritas pada narasi kesejahteraan, yang langsung berdampak pada kehidupan sehari-hari. Kesejahteraan masyarakat harus menjadi fokus utama dalam diskursus ekonomi.

PDB perkapita

Pada dua dekade terakhir, PDB/kapita Indonesia meningkat signifikan, hampir enam kali lipat dari 870 dollar AS pada tahun 2000 menjadi 5.110 dollar AS pada 2023.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com