Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi, Peneliti, dan Konsultan

Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Saat ini berkiprah sebagai akademisi, peneliti, dan konsultan. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

Apakah Narasi Ekonomi Terbesar Masih Relevan?

Kompas.com - 18/03/2024, 05:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada tahun 2023, PDB perkapita Indonesia sebesar 5.110 dollar AS atau setara dengan 38 persen rata-rata global (13.331 dollar AS).

Berdasarkan data Goldman Sachs, rasio ini diperkirakan meningkat menjadi 71 persen pada tahun 2050 dan 91 persen pada tahun 2075.

Sebagai penutup, selayaknya narasi ekonomi terbesar dilengkapi. Fakta tentang PDB perkapita, ranking, dan rasio terhadap global juga harus ditonjolkan. Ini untuk menunjukkan memang ada kemajuan dan patut diapresiasi.

Saat ini, batas Bank Dunia untuk klasifikasi sebagai negara berpenghasilan tinggi (high income countries) adalah 13.846 dollar AS (Produk Nasional Bruto), meningkat dari 9.265 dollar AS pada tahun 2000.

Fakta historis tersebut menunjukkan bahwa selalu ada pergeseran kriteria negara maju. Tahun 2050 dan 2075 batas tersebut akan bergeser lebih tinggi.

Realitas ini mengingatkan bahwa perjalanan menuju status negara maju ternyata memerlukan waktu yang “lebih panjang”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com