Lirik lagunya pun dibuat relatable dengan anak muda, seperti "Ngabuburit sambil nongki-nongki. Di kafe-kafe yang fancy-fancy."
Kolaborasi dengan Nasida Ria dan JKT48 tidak hanya menghasilkan konten menarik, tetapi juga meningkatkan citra Google sebagai jenama yang peduli, kreatif, dan dekat dengan masyarakat.
Dengan memilih Ramadhan sebagai momentum kampanye, Google Indonesia tidak hanya menghadirkan pesan yang relevan secara sosial, tetapi juga meningkatkan brand equity-nya.
Pada 2023, nilai jenama Google sebesar 577,68 miliar dollar AS, turun sekitar 30 persen dari rekor tertinggi sebesar 819,57 miliar dollar pada 2022. Meskipun mengalami penurunan, perusahaan teknologi AS ini tetap menjadi salah satu jenama paling berharga di dunia.
Google adalah salah satu perusahaan teknologi mesin pencari terkemuka yang telah mengukuhkan dominasinya dengan menguasai sekitar 90 persen pangsa pasar.
Dengan lebih dari empat miliar pengguna aktif, Google telah mencapai cakupan global yang luar biasa. Ini berarti sebagian besar orang di seluruh dunia mengandalkan Google sebagai pintu gerbang utama mereka untuk mengakses informasi di internet.
Kini, masyarakat luas tidak lagi menyebut “mesin pencari”, melainkan mengubahnya langsung dengan sebutan “Google” yang membuktikannya sebagai contoh brand equity terkuat.
Kampanye #IniRamadanKita tidak hanya menghadirkan lagu kolaborasi Nasida Ria dan JKT48. Google juga meluncurkan berbagai konten menarik, seperti video musik, animasi, dan filter Instagram yang interaktif. Hal ini menarik perhatian audiens dan mendorong mereka untuk terlibat dalam kampanye.
Buktinya Menteri Kemenparekraf/Baparekraf Sandiaga Uno menjadi salah satu tokoh yang secara sukarela, melakukan unggahan ulang (re-upload) konten kolaborasi tersebut.
Tentu ini menjadi salah satu indikator untuk menunjukkan dukungan terhadap kreator dan karya mereka. Hal ini dapat membantu kreator mendapatkan lebih banyak exposure dan pengakuan.
Teori Interaksionisme Simbolik Herbert Blumer membantu memahami makna di balik kolaborasi ini.
Simbol-simbol tradisi dan modernitas berpadu dalam musik, video musik, dan pesan yang disampaikan. Generasi muda diajak untuk memaknai Ramadhan dengan cara baru dan inklusif.
Lirik-lirik Nasida Ria yang lebih kekinian, seperti dalam lagu mereka yang merespons lirik JKT 48, mencerminkan adaptasi terhadap perubahan zaman tanpa kehilangan akar budaya yang kuat.
Hal ini menciptakan resonansi emosional mendalam dalam pikiran dan hati penonton dari berbagai kalangan usia.
Teori Komunikasi Antar Budaya Edward T. Hall juga relevan. Kolaborasi ini menjembatani perbedaan budaya dan generasi melalui musik, menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas dapat hidup berdampingan dan saling memperkaya.