Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi, Peneliti, dan Konsultan

Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Saat ini berkiprah sebagai akademisi, peneliti, dan konsultan. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

Navigasi Ekonomi Masa Depan dan "Reskilling" Tenaga Kerja

Kompas.com - 02/04/2024, 11:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Meski skor PISA tidak mencakup semua keterampilan masa depan, ini memberi indikasi penting tentang standar global. Tercatat, sekitar 690.000 siswa usia 15 tahun mengikuti asesmen PISA yang mewakili 29 juta siswa dari 81 negara.

Negara-negara dengan skor tertinggi antara lain, Singapura (560), Macau (535), Taiwan (533), Jepang (533), dan Korea Selatan (523).

Di Asia Tenggara, Vietnam berada di peringkat ke-34 dengan skor 468, diikuti oleh Brunei (peringkat ke-42, skor 439), Malaysia (peringkat ke-55, skor 404), Thailand (peringkat ke-63, skor 394), Filipina (peringkat ke-77, skor 353), dan Kamboja (peringkat ke-81, skor 337). Ini menunjukkan variasi kualitas di tingkat regional.

Mengingat data PISA, terdapat banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Dalam 16 tahun ke depan, siswa yang diukur oleh PISA akan berada di awal usia 30-an—puncak masa produktif mereka—pada tahun 2040.

Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk dipersiapkan dengan keterampilan yang relevan untuk masa depan, agar mereka dapat menjadi tenaga kerja produktif.

Lebih lanjut, berdasarkan perhitungan, Indonesia akan melewati puncak bonus demografi pada dekade 2030-an.

Sebagai salah satu strategi untuk menghadapi hal ini, sangat penting untuk mempersiapkan SDM masa depan dengan keterampilan relevan, sehingga tenaga kerja produktif dapat menopang pertumbuhan ekonomi.

Apalagi beberapa prediksi menujukkan bahwa akan ada tren pelambatan pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com