Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Navigasi Ekonomi Masa Depan dan "Reskilling" Tenaga Kerja

Perubahan ini berdampak signifikan terhadap kebutuhan tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang sesuai. Tanpa keterampilan yang align dengan kebutuhan masa depan, produktivitas serta pertumbuhan ekonomi akan cenderung mengalami perlambatan.

Pertanyaan selanjutnya, skills apa yang sebenarnya dibutuhkan di masa depan?

Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh beberapa lembaga bisa menjadi rujukan. Menurut survei "Asia Pacific Workforce Hopes and Fears Survey 2023" oleh PwC, sekitar 44 persen pekerja percaya bahwa keterampilan yang berbeda akan dibutuhkan dalam lima tahun ke depan, meskipun belum ada kejelasan pasti mengenai keterampilan apa saja itu.

Berdasarkan respons dari hampir 20.000 pekerja di Asia Pasifik, tiga keterampilan utama yang dianggap penting adalah adaptabilitas/fleksibilitas (69 persen), kemampuan kerja sama (67 persen), dan berpikir kritis (66 persen).

Sebanyak 41 persen pekerja berpendapat bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat meningkatkan produktivitas, sedangkan 34 persen melihat AI sebagai kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru.

Namun, ada juga 16 persen pekerja yang percaya bahwa AI dapat menggantikan pekerjaan mereka.

Hal terpenting terkait pekerjaan, antara tahun 2023 ke 2027 diprediksi bahwa dari 673 pekerjaan, 83 juta pekerjaan akan hilang dan 69 juta pekerjaan baru muncul.

World Economic Forum (WEF) secara rutin memublikasikan Laporan Masa Depan Pekerjaan (Future of Jobs Report) setiap dua tahun.

Laporan terakhir yang diterbitkan pada Mei 2023, mencakup respons dari 800-an perusahaan, melibatkan lebih dari 11 juta pekerja di 45 negara dan 27 industri.

Lebih dari 85 persen perusahaan setuju bahwa adopsi teknologi menjadi pendorong utama transformasi bisnis dalam lima tahun ke depan.

Tren lain yang muncul adalah adopsi Environmental, Social, and Governance (ESG) di setiap perusahaan. Namun, perusahaan juga mencatat risiko inflasi dan pelambatan pertumbuhan ekonomi.

Terkait dengan pekerjaan, antara tahun 2023 hingga 2027, diprediksi bahwa dari 673 juta pekerjaan, 83 juta akan hilang dan 69 juta pekerjaan baru akan muncul.

Pekerjaan yang berkaitan dengan AI dan Machine Learning diperkirakan akan tumbuh paling cepat, diikuti oleh pekerjaan terkait keberlanjutan dan perubahan iklim.

Sebaliknya, pekerjaan klerikal, sekretaris, kasir, dan penjual tiket diperkirakan akan menurun secara signifikan.

Berdasarkan laporan tersebut, keterampilan yang paling penting untuk lima tahun ke depan adalah kreativitas (creative thinking), analisis (analytical thinking), dan literasi teknologi (technology literacy).

Selanjutnya, motivasi dan keinginan untuk terus belajar (curiosity and lifelong learning), serta ketangguhan, kemampuan adaptasi, dan fleksibilitas (resilience, flexibility, and agility) terhadap perubahan juga dianggap penting.

Proyeksi kedepan

Menurut Rajika Bhandari, seorang pakar pendidikan internasional, terdapat setidaknya enam keterampilan yang akan dibutuhkan menjelang tahun 2040.

Pertama, kemampuan melakukan kurasi pengetahuan, jaringan, dan informasi secara efektif, mencerminkan pergeseran paradigma dalam pendidikan dari pendekatan tradisional yang berurutan.

Tren saat ini menunjukkan bahwa siswa sebaiknya diberi keleluasaan untuk memilih apa yang mereka minati dan mengintegrasikan pengetahuan yang diperoleh.

Kedua, literasi data (data literacy), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk membaca, memproses, menganalisis, dan menyampaikan pendapat terkait dengan data.

Menurut OECD, literasi data bukan hanya kemampuan berhitung dalam buku latihan, tetapi juga mencakup kemampuan untuk menavigasi, menginterpretasi, dan menghitung berbagai jenis data, serta mengomunikasikannya kepada orang lain.

Ketiga, kemampuan bercerita (storytelling) menjadi penting dalam setiap jenis pekerjaan, di mana menyampaikan narasi yang jelas dan menarik esensial.

Forum seperti TED menjadi contoh utama, di mana pembicara dari beragam bidang mampu menyajikan ide-ide kompleks dengan bahasa sederhana dan gaya bercerita yang memikat.

Keempat, di tengah perkembangan teknologi, pertimbangan etis menjadi semakin penting untuk memastikan bahwa keputusan yang dibuat selaras dengan prinsip moral dan nilai-nilai.

Kelima, kompetensi global. Sesuai dengan pandangan OECD, kompetensi ini krusial untuk memungkinkan kehidupan yang harmonis dalam komunitas multikultural, mendukung perkembangan di pasar kerja, menggunakan platform media dengan efektif dan bertanggung jawab, serta berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Terakhir, memiliki keinginan untuk terus belajar adalah esensial mengingat perubahan adalah satu-satunya konstan. Untuk tetap relevan dan sukses, individu perlu memelihara rasa ingin tahu dan komitmen untuk pembelajaran seumur hidup.

Reskilling tenaga kerja dan peluang ekonomi

Berbicara tentang masa depan, krusial untuk memastikan generasi mendatang dilengkapi dengan keterampilan yang relevan.

Namun, apa yang saat ini diajarkan, baik di sekolah maupun dalam pelatihan perusahaan, mungkin tidak akan relevan dalam beberapa dekade ke depan.

Hasil survei Program for International Student Assessment (PISA), yang dipublikasikan Desember 2023, menempatkan Indonesia di peringkat ke-69 dengan skor rata-rata 369, meliputi matematika (379), sains (398), dan membaca (371). Sedangkan rata-rata global adalah 441.

Meski skor PISA tidak mencakup semua keterampilan masa depan, ini memberi indikasi penting tentang standar global. Tercatat, sekitar 690.000 siswa usia 15 tahun mengikuti asesmen PISA yang mewakili 29 juta siswa dari 81 negara.

Negara-negara dengan skor tertinggi antara lain, Singapura (560), Macau (535), Taiwan (533), Jepang (533), dan Korea Selatan (523).

Di Asia Tenggara, Vietnam berada di peringkat ke-34 dengan skor 468, diikuti oleh Brunei (peringkat ke-42, skor 439), Malaysia (peringkat ke-55, skor 404), Thailand (peringkat ke-63, skor 394), Filipina (peringkat ke-77, skor 353), dan Kamboja (peringkat ke-81, skor 337). Ini menunjukkan variasi kualitas di tingkat regional.

Mengingat data PISA, terdapat banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Dalam 16 tahun ke depan, siswa yang diukur oleh PISA akan berada di awal usia 30-an—puncak masa produktif mereka—pada tahun 2040.

Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk dipersiapkan dengan keterampilan yang relevan untuk masa depan, agar mereka dapat menjadi tenaga kerja produktif.

Lebih lanjut, berdasarkan perhitungan, Indonesia akan melewati puncak bonus demografi pada dekade 2030-an.

Sebagai salah satu strategi untuk menghadapi hal ini, sangat penting untuk mempersiapkan SDM masa depan dengan keterampilan relevan, sehingga tenaga kerja produktif dapat menopang pertumbuhan ekonomi.

Apalagi beberapa prediksi menujukkan bahwa akan ada tren pelambatan pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut.

https://money.kompas.com/read/2024/04/02/113217626/navigasi-ekonomi-masa-depan-dan-reskilling-tenaga-kerja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke