Ia menegaskan bahwa jika hasil panen petani tidak diserap, hal ini akan mengurangi semangat petani untuk menanam padi di masa depan.
Baca juga: Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng
“Nanti, Bulog akan bilang tidak ada panen dan tidak ada gabah petani sehingga tidak melakukan penyerapan serap. Jangan salahkan petani,” tuturnya.
Yadi menekankan bahwa Bulog seharusnya membeli gabah dari petani saat musim panen untuk disimpan sebagai stok. Bulog seharusnya lebih fokus pada penyerapan gabah daripada beras karena petani menghasilkan gabah, bukan beras.
Baca juga: 8 Kuliner Khas Indonesia dari Beras, Ada Buras dan Lemang
Yadi menyebutkan bahwa saat ini adalah momentum yang tepat bagi Bulog untuk menyerap gabah petani, baik melalui pola komersial maupun pola public services obligation (PSO). Terlebih, ada kebijakan fleksibilitas harga gabah petani sebesar Rp 6.000 per kg.
“Saat (musim) gadu melepas stok (gabah), jangan sebaliknya. Aneh ini. Coba cek sekarang berapa realisasi serapnya? Masih kecil ya?” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.