Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi Tanpa Pekerjaan: Tantangan dan Solusi

Kompas.com - 08/06/2024, 08:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LAPORAN dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan bahwa 9,9 juta penduduk berusia 15-24 tahun tidak bekerja dan tidak sedang bersekolah, mengejutkan banyak pihak.

Secara sederhana, mereka bisa disebut sebagai "Generasi Pengangguran" karena tidak memiliki pekerjaan maupun pendidikan atau pelatihan tertentu.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa yang menyebabkan Gen Z dengan jumlah jutaan ini terperangkap dalam kategori pengangguran? Berikut beberapa hasil bacaan atas fenomena ini.

Pertama, kesenjangan antara imajinasi dan realitas. Terjadinya kesenjangan antara imajinasi yang ada di kalangan Gen Z dengan realitas kehidupan nyata menjadi salah satu penyebab utama.

Kehidupan anak-anak Gen Z hari ini sangat dipengaruhi oleh internet dan gawai. Internet bukan sekadar alat untuk menyelesaikan pekerjaan atau mengelola informasi, tetapi telah menjadi bagian integral dari kehidupan mereka.

Gen Z membangun imajinasi tentang kehidupan berdasarkan informasi yang mereka dapatkan dari dunia maya.

Karakter kehidupan yang ditampilkan di dunia maya seringkali hanya kepingan atau serpihan yang tidak sepenuhnya nyata. Bahkan tidak jarang itu merupakan hasil editan yang lebih indah dan menarik dibandingkan realitas sebenarnya.

Sedangkan ketika mereka memasuki dunia nyata, ditemukan bahwa realitas tidak seindah yang dibayangkan.

Apalagi ditambah dengan daya tahan yang kurang kuat karena tidak terlatih secara sosial, banyak dari mereka menyerah dan berhenti menjadi pelamar pekerjaan atau memilih untuk tidak bekerja sama sekali.

Kedua, ketidaksesuaian keterampilan dengan pasar kerja. Pilihan mereka untuk tidak bekerja juga bisa disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan pasar kerja.

Banyak lembaga pemberi pekerjaan lebih menginginkan pekerja dengan keterampilan fisik, sementara kemampuan Gen Z lebih berfokus pada bidang IT dan software yang tidak selalu sesuai dengan permintaan.

Selain itu, banyak perusahaan menuntut proses kerja yang tidak fleksibel, bertolak belakang dengan kebiasaan Gen Z yang lebih dinamis dan fleksibel.

Mereka cenderung lebih memilih pekerjaan yang berbasis output, yang dapat diselesaikan tanpa harus terikat pada sistem kerja konvensional berbasis kehadiran.

Ketiga, pendapatan di luar sektor formal. Banyak dari kalangan Gen Z yang meskipun dikategorikan sebagai pengangguran, sebenarnya sudah memiliki penghasilan dari sektor informal.

Mereka mungkin memiliki pekerjaan yang dilakukan selama beberapa bulan dengan penghasilan yang cukup untuk hidup selama berbulan-bulan.

Model pekerjaan seperti ini memungkinkan mereka untuk tidak terikat pada jadwal ketat dan memenuhi keinginan mereka untuk travelling, rileks, dan sebagainya.

Karena pekerjaan ini tidak tercatat dalam sektor formal, mereka tetap masuk dalam kategori pengangguran menurut pemerintah.

Untuk menyikapi persoalan pengangguran Gen Z, pemerintah harus mengambil beberapa langkah strategis.

Pertama, mengurai kategori pengangguran. Pemerintah perlu mendefinisikan ulang kategori pengangguran untuk mencakup pekerjaan di sektor informal yang banyak digeluti oleh Gen Z.

Kedua, menyediakan lapangan kerja dan pelatihan. Pemerintah harus menyiapkan lapangan pekerjaan dan program pelatihan peningkatan keterampilan yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan Gen Z.

Ketiga, pemetaan kualifikasi pekerjaan di ruang digital. Pemerintah perlu memetakan kualifikasi pekerjaan yang tersedia di sektor digital, yang bisa dimasuki oleh Gen Z.

Ini termasuk mengembangkan program pelatihan dan pendidikan yang berfokus pada keterampilan digital.

Ruang digital

Dalam era digital yang semakin maju, ruang digital menawarkan solusi potensial untuk mengatasi pengangguran di kalangan Gen Z.

Beberapa aspek kunci dari ruang digital yang dapat dimanfaatkan meliputi peluang kerja remote, ekonomi gig, serta pelatihan dan pendidikan digital.

Pertama, peluang kerja remote. Saat ini, kerja remote atau bekerja jarak jauh menjadi tren yang semakin populer, terutama setelah pandemi Covid-19.

Model kerja ini sangat sesuai dengan karakter Gen Z yang menghargai fleksibilitas dan kebebasan. Mereka dapat bekerja dari mana saja, asalkan memiliki akses internet yang memadai.

Untuk menjawab dinamika sosiologis tersebut, beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengoptimalkan peluang kerja remote bagi Gen Z antara lain dengan meningkatkan akses internet.

Dalam hal ini pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk memperluas akses internet berkualitas tinggi ke seluruh pelosok negeri.

Selain itu, menyediakan pelatihan keterampilan digital yang relevan, seperti manajemen proyek online, pemasaran digital, dan pengembangan perangkat lunak.

Kedua, ekonomi gig. Saat ini model ekonomi gig menawarkan kesempatan bagi Gen Z untuk bekerja secara independen dan fleksibel.

Mereka bisa mengambil pekerjaan berdasarkan proyek atau tugas tertentu tanpa harus terikat kontrak jangka panjang. Platform seperti Upwork, Fiverr, dan Freelancer menyediakan berbagai kesempatan bagi pekerja gig.

Namun demikian, untuk memaksimalkan potensi ekonomi gig ini diperlukan: Regulasi yang mendukung dan melindungi pekerja gig, termasuk perlindungan sosial dan jaminan kesehatan.

Selain itu, dilakukan pembinaan dan pengembangan keterampilan yang relevan dengan ekosistem pekerjaan gig, seperti desain grafis, penulisan konten, dan analisis data.

Ketiga, pelatihan dan pendidikan digital. Di mana pelatihan dan pendidikan digital merupakan kunci untuk mempersiapkan Gen Z menghadapi tuntutan pasar kerja yang terus berubah.

Dengan teknologi yang berkembang pesat, keterampilan yang relevan hari ini mungkin tidak lagi relevan besok.

Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan dan pelatihan digital sangat penting. Beberapa inisiatif yang bisa dilakukan meliputi kursus daring terjangkau atau gratis melalui platform seperti Coursera, Udemy, Khan Academy, dan yang lainnya.

Serta menjalin kemitraan dengan industri teknologi, khususnya untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri dan menawarkan magang atau program pelatihan langsung di perusahaan.

Sebagai tambahan mungkin perlu juga dihadirkan pusat pelatihan digital di berbagai daerah yang fokus pada keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam ekonomi digital, seperti coding, cybersecurity, dan manajemen proyek digital.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Jakarta Tawarkan Proyek LRT Jakarta 1D, 2A, dan 2B Dengan Total Nilai Investasi Rp 24,06 Triliun

Pemprov DKI Jakarta Tawarkan Proyek LRT Jakarta 1D, 2A, dan 2B Dengan Total Nilai Investasi Rp 24,06 Triliun

Whats New
Pengusaha Kratom Dukung Pemerintah Atur Tatakelola Ekspor Kratom

Pengusaha Kratom Dukung Pemerintah Atur Tatakelola Ekspor Kratom

Whats New
Targetkan Penjualan Tumbuh 'Double Digit', Begini Strategi Kimia Farma

Targetkan Penjualan Tumbuh "Double Digit", Begini Strategi Kimia Farma

Whats New
Cetak Rekor Terbanyak di Dunia, Haji Isam Borong 2.000 Ekskavator untuk Pertanian

Cetak Rekor Terbanyak di Dunia, Haji Isam Borong 2.000 Ekskavator untuk Pertanian

Whats New
Simak 5 Tips Investasi Hadapi Pasar Saham yang Lesu

Simak 5 Tips Investasi Hadapi Pasar Saham yang Lesu

Earn Smart
BASF dan Eramet Mundur dari Proyek Sonic Bay, Benarkah Bisnis Nikel di RI Tak Menarik?

BASF dan Eramet Mundur dari Proyek Sonic Bay, Benarkah Bisnis Nikel di RI Tak Menarik?

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 28 Juni 2024, Harga Ikan Kembung dan Telur Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 28 Juni 2024, Harga Ikan Kembung dan Telur Ayam Ras Naik

Whats New
Mampukah IHSG Lanjut Menguat di Akhir Pekan? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Lanjut Menguat di Akhir Pekan? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Investor Nantikan Data Inflasi, Wall Street Naik Tipis

Investor Nantikan Data Inflasi, Wall Street Naik Tipis

Whats New
KCIC Tambah Titik Pemesanan dan Perpanjang Masa Berlaku Frequent Whoosher Card

KCIC Tambah Titik Pemesanan dan Perpanjang Masa Berlaku Frequent Whoosher Card

Whats New
Warga Italia yang Mau Pindah ke Pedesaan Bakal Diberi Insentif Ratusan Juta

Warga Italia yang Mau Pindah ke Pedesaan Bakal Diberi Insentif Ratusan Juta

Whats New
BSI Catat Pembiayaan Berkelanjutan Rp 59,19 Triliun Per Maret 2024

BSI Catat Pembiayaan Berkelanjutan Rp 59,19 Triliun Per Maret 2024

Whats New
KEK Nongsa Digital Park Bidik Target Investasi Masuk Indonesia Tembus Rp 40 Triliun

KEK Nongsa Digital Park Bidik Target Investasi Masuk Indonesia Tembus Rp 40 Triliun

Whats New
Gen Z Incar Pekerjaan yang Punya Jam Kerja Fleksibel

Gen Z Incar Pekerjaan yang Punya Jam Kerja Fleksibel

Whats New
Menkeu: Aturan Anti Dumping Produk Tekstil Menunggu Aturan Mendag dan Menperin Terbit Lebih Dulu

Menkeu: Aturan Anti Dumping Produk Tekstil Menunggu Aturan Mendag dan Menperin Terbit Lebih Dulu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com