Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Impor Dinilai Belum Efektif Turunkan Harga Beras

Kompas.com - 30/06/2024, 07:16 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Menurut pandangannya, produksi beras di beberapa daerah justru mengalami penurunan. Faktornya beragam, dari merosotnya luasan sawah hingga produktivitas lahan yang berkurang.

"Kenapa menurun (produksi beras)? Ternyata kualitas gabah juga turun rendemennya. Ini sebenarnya sudah terjadi beberapa tahun. Kalau data yang dilaporkan BPS, turunnya produksi ini karena luasan panen yang turun," kata dia.

Pemerintah sendiri memang berupaya memperluas area tanam baru. Namun demikian, penambahan area tanam dari pencetakan lahan baru tak seimbang dengan sawah yang beralih fungsi.

Baca juga: Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Merujuk pada data yang dirilis Bapanas, jumlah stok beras sampai akhir 2024 diperkirakan sebanyak 9,6 juta ton. Stok itu dapat dipenuhi jika produksi beras nasional mencapai 31,5 juta ton dan rencana impor 5,17 juta ton beras itu terealisasi semua.

Target produksi beras sebanyak 31,5 juta ton itu belum memperhitungkan potensi terjadinya banjir, kekeringan, serta serangan hama penyakit.

Soal impor beras, Soetarto berpendapat, hal itu cukup rasional mengingat produksi gabah yang mengalami penurunan sejak beberapa bulan terakhir. Meski begitu, beras impor sebaiknya hanya diperuntukan untuk cadangan beras pemerintah.

"Pasti berpengaruh dong (beras impor ke harga gabah petani). Saya melihat di daerah yang produksi berasnya tinggi, itu terjadi. Impor ini tujuannya kan mengisi kekurangan, kalau impor ini tepat, tepat waktu, tepat harga, tepat penyalurannya, ya tentu saja berdampak positif," ucap dia.

Di sejumlah daerah, produksi gabah memang mengalami penurunan cukup signifikan. Hal ini diungkapkan Pengurus Gapoktan Panca Manunggal Kulonprogo, Margiono.

Baca juga: Bapanas Bantah Beras Impor Bikin Harga Gabah Petani Anjlok

"Kalau (hasil) gabah memang cenderung turun. Karena di lapangan ini masalahnya kemarau, air susah, akibatnya tanam mundur," ucap dia.

Margiono bercerita, masalah lain yang dihadapi petani gabah saat ini adalah harga gabah yang dianggap terlalu rendah. Kondisi ini membuat petani kurang bersemangat menanam.

"Harga gabah cenderung lesu. Harga gabah kering di Kulonprogo Rp 6.700 per kilogram. Harusnya kalau ada HEP (harga pembelian pemerintah) baru semoga bisa naik," kata dia.

Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Bapanas Badan resmi menaikkan HPP gabah mulai 3 April 2024 hingga 30 Juni 2024. Kenaikan harga gabah berdasarkan Keputusan Kepala Bapanas Nomor 167/2024 Tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah.

Pemerintah menaikkan HPP gabah dan beras bagi Perum Bulog. Secara terperinci, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang sebelumnya Rp 5.000 per kilogram naik menjadi Rp 6.000 per kilogram.

Kemudian gabah kering giling (GKG) di gudang Perum Bulog yang sebelumnya Rp 6.300 per kg naik menjadi Rp 7.400 per kilogram.

Baca juga: Jokowi Mau Impor Beras Lagi, Kali Ini dari Kamboja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Dutch Disease' dan Transformasi Ekonomi

"Dutch Disease" dan Transformasi Ekonomi

Whats New
Harga Emas Dunia Naik ke Level Tertinggi dalam Dua Minggu

Harga Emas Dunia Naik ke Level Tertinggi dalam Dua Minggu

Whats New
KPPU: Penyaluran Subsidi Gas Elpiji 3 Kg Tak Tepat Sasaran

KPPU: Penyaluran Subsidi Gas Elpiji 3 Kg Tak Tepat Sasaran

Whats New
Hari Terakhir, Ini Cara Bayar Biaya Administrasi SPMB PKN STAN 2024

Hari Terakhir, Ini Cara Bayar Biaya Administrasi SPMB PKN STAN 2024

Whats New
3 Cara Melihat Nomor Kartu Debit BRI, Bisa dari HP

3 Cara Melihat Nomor Kartu Debit BRI, Bisa dari HP

Spend Smart
Diapresiasi ADB, Pabrik di Kendal Ini Mampu Daur Ulang 48.000 Ton Limbah Botol PET Per Tahun

Diapresiasi ADB, Pabrik di Kendal Ini Mampu Daur Ulang 48.000 Ton Limbah Botol PET Per Tahun

Whats New
IHSG Diperkirakan Lanjut Menguat, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Lanjut Menguat, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
BI Sebut Saat Ini Pengguna QRIS Sudah Mencapai 50 Juta

BI Sebut Saat Ini Pengguna QRIS Sudah Mencapai 50 Juta

Whats New
Harga Bahan Pokok Kamis 4 July 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Minyak Goreng Curah

Harga Bahan Pokok Kamis 4 July 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Minyak Goreng Curah

Whats New
Dituduh 'Mark Up' Harga Impor Beras, Ini Penjelasan Perum Bulog

Dituduh "Mark Up" Harga Impor Beras, Ini Penjelasan Perum Bulog

Whats New
BI Ungkap Perbedaan AS dan RI dalam Mengatasi Inflasi dan Tren Suku Bunga Tinggi

BI Ungkap Perbedaan AS dan RI dalam Mengatasi Inflasi dan Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Dalam 100 Hari Kerja Pertama, KPPU Tangani 74 Notifikasi Merger dan Akuisisi

Dalam 100 Hari Kerja Pertama, KPPU Tangani 74 Notifikasi Merger dan Akuisisi

Whats New
Sesi Perdagangan Singkat, S&P 500 dan Nasdaq Sentuh Level Tertinggi Baru

Sesi Perdagangan Singkat, S&P 500 dan Nasdaq Sentuh Level Tertinggi Baru

Whats New
Scarlett Luncurkan 'Scarlett Beauty Impact': CSR Jangka Panjang untuk Kesejahteraan Masyarakat, Termasuk Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina

Scarlett Luncurkan "Scarlett Beauty Impact": CSR Jangka Panjang untuk Kesejahteraan Masyarakat, Termasuk Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina

Whats New
Dicita-citakan sejak Zaman Soeharto, Jalan Trans-Papua Mamberamo-Elelim Segera Dibangun

Dicita-citakan sejak Zaman Soeharto, Jalan Trans-Papua Mamberamo-Elelim Segera Dibangun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com