Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Hiasi E-mail Profesional dengan Emotikon, Mengapa?

Kompas.com - 21/08/2019, 19:02 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Ketika mengirim surat elektronik atau e-mail terkait pekerjaan, tentu ada kaidah-kaidah yang harus Anda ikuti.

Ini dimaksudkan agar e-mail yang Anda tulis dan kirim menunjukkan profesionalitas Anda dan tidak kabur maknanya.

Namun, ketika mengirim e-mail kepada rekan kerja, kerap kali kita menyelipkan emotikon agar terlihat bersahabat dan tidak terkesan kaku.

Akan tetapi, apakah penggunaan emotikon tersebut dianjurkan dalam hal pekerjaan?

Dilansir dari Marie Claire UK, Rabu (21/8/2019), sebuah riset yang dipublikasikan di jurnal Social Psychological and Personality Science menemukan bahwa menggunakan emotikon dalam e-mail profesional dapat membuat rekan kerja menganggap enteng Anda dan e-mail yang Anda kirim. 

Baca juga: Jangan Sampai Salah, Ini 5 Etiket Menulis E-mail dalam Bekerja

Studi tersebut dilakukan oleh para peneliti di Amsterdam University, Ben-Gurion University of the Negev, dan University of Haifa meminta 500 orang responden dari 29 negara untuk melakukan pekerjaan sehari-hari di kantor.

Salah satu pekerjaan itu adalah melakukan penilaian terhadap e-mail dari orang yang belum dikenal.

Beberapa e-mail disertai dengan emotikon dan beberapa tidak disertai emotikon. Tujuannya adalah untuk mengetahui apa yang sebenarnya dipikirkan tentang e-mail dengan emotikon tersebut.

Meskipun ketika berpikir emotikon akan membuat e-mail lebih ringan dan bersahabat, ternyata para responden menganggap e-mail dengan emotikon sebagai tindakan tak kompeten.

Baca juga: 5 Kepribadian yang Bisa Membuat Kamu Mendapatkan Pekerjaan

Menurut peneliti dalam studi tersebut, Ella Glikson, mengatakan bahwa penggunaan emotikon dalam e-mail dapat merugikan reputasi profesional Anda.

"Temuan kami memberikan bukti awal bahwa berkebalikan dari senyum yang sesungguhnya, smiley tidak meningkatkan persepsi kehangatan dan sebenarnya menurunkan persepsi kompetensi," jelas Glikson.

Menurut dia, studi tersebut juga menemukan bahwa ketika responden diminta membalas e-mail yang bersifat formal, jawaban mereka lebih terperinci dan mereka menyertakan informasi yang terkait konten ketika e-mail (yang dikirim) tidak disertai emotikon.

Sebagai bagian dari riset, responden juga diminta memberi penilaian terhadap e-mail yang menyertakan foto si pengirim, baik dengan pose senyum atau netral.

Baca juga: Sudakah Anda Sadar Teknologi Penting untuk Mencari Pekerjaan?

Foto yang menampilkan pose bahagia memperoleh nilai tertinggi dalam hal kompetensi dan keramahan.

Namun, karena studi tersebut didasarkan pada korespondensi di antara orang asing, jika Anda merasa bersalah bahwa Anda mengirim e-mail dengan emotikon, Anda barangkali tak perlu khawatir.

"Emotikon hanya dapat menggantikan senyum yang sebenarnya ketika Anda sudah mengenal orang tersebut. Dalam interaksi awal, lebih baik menghindari emotikon, tak peduli usia atau jenis kelamin," terang Glikson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com