Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rhenald Kasali
Guru Besar Manajemen

Akademisi dan praktisi bisnis yang juga guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sejumlah buku telah dituliskannya antara lain Sembilan Fenomena Bisnis (1997), Change! (2005), Recode Your Change DNA (2007), Disruptions, Tommorow Is Today, Self Disruption dan The Great Shifting. Atas buku-buku yang ditulisnya, Rhenald Kasali mendapat penghargaan Writer of The Year 2018 dari Ikapi

Kemarin BUMN Sibuk Urus Pandemi, kini Dihadapkan pada Agoraphobia

Kompas.com - 16/06/2020, 05:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setelah 3 bulan ikut sibuk menyelamatkan bangsa dari ancaman pandemi Covid 19, berita mengenai BUMN hangat kembali.

Anda mungkin masih ingat karya-karya BUMN yang dipimpin Erick Thohir di tengah-tengah pandemi. Mulai dari aplikasi PeduliLindungi, mendatangkan alat test, APD untuk rumah sakit sampai pembangunan sejumlah rumah sakit khusus untuk penanganan Covid-19.

Kini perbincangan beralih.

Maklum, minggu-minggu ini hampir semua BUMN besar melakukan RUPS dengan agenda yang beragam, mulai dari penentuan deviden, penetapan kantor akuntan publik sampai pergantian pengurus.

Dari semua itu yang paling ramai dibincangkan adalah pergantian pengurus, baik komisaris maupun dewan direksi.

Baca juga: Erick Thohir: 2 hingga 3 Tahun ke Depan, BUMN Tak Akan Pakai APBN

Padahal peremajaan selalu terjadi dan tak masalah tua ataupun muda sepanjang bisa bekerjasama.

Ada yang sudah selesai tugasnya, ada yang harus dipindahkan dan ada yang kurang tepat karena tantangan yang dihadapi berubah. Dan tentu saja hal lain-lain.

Benar bahwa saat ini ada begitu banyak mata meneropong BUMN. Saya berprasangka positif saja. Tentu ini karena kecintaan mereka pada BUMN dan tahu bahwa kontribusi BUMN terhadap APBN dan pembangunan sangat besar.

Kalau kita renungkan, memang jangkauan usaha BUMN luas sekali dan menyangkut hajat hidup orang banyak.

Wajar bila selalu menarik perhatian. Mulai dari sambungan listrik, tabungan dan pinjaman, penyaluran subsidi, pulsa telefon dan internet, BBM, transportasi (darat, laut dan udara), bandara dan pelabuhan, logistik, pupuk, sampai pembuatan mesiu dan pembangunan gedung.

Tentu bukan hal yang aneh kalau ada yang khawatir dengan besaran hutangnya. Juga ada yang cemas melihat kemungkinan kesulitan akibat pandemi Covid-19 ini.

Kita tentu tak bisa melihat angka hutang begitu saja. Angka itu perlu dilihat penuh kehati-hatian dalam konteksnya masing-masing.

Dalam perhitungan investasi dan kemampuan pengembalian, sehingga dibutuhkan dashboard keuangan yang lebih komprehensif supaya tidak menjadi debat kusir.

Tapi ada yang lebih berbahaya yang juga harus kita waspadai, yaitu ancaman ketidakmampuan beradaptasi dan kehilangan relevansi. Ya, bukankah pada setiap zaman selalu ada industri dan usaha yang kehilangan relevansi? Juga ada yang salah urus?

Seperti apa perubahan yang mesti dihadapi BUMN?

Saya mencatat setidaknya ada 7 tantangan baru yang mau tidak mau menuntut cara pandang baru. Maka kompetensi para eksekutifnya, kecepatan tindak/respon, kesatuan tim, di samping integritas menjadi sangat penting untuk memajukan BUMN.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com