Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wilmar Group Lakukan Konservasi Burung Pemangsa di Kalteng

Kompas.com - 02/09/2020, 17:57 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Mentaya Sawit Mas (PT MSM), Wilmar Group melakukan sejumlah upaya konservasi burung pemangsa (raptor) di kawasan high conservation value (HCV/ konservasi bernilai tinggi) yang berada di area perkebunan tersebut.

Kawasan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Kalimantan Tengah tersebut saat ini menjadi rumah bagi 16 spesies burung pemangsa atau 55 persen dari total jumlah spesies tersebut di Pulau Kalimantan (termasuk Brunei Darussalam dan Malaysia).

Senior Assistant Conservation Indonesia Wilmar International Surya Purnama mengatakan, area konservasi seluas sekitar 4.000 hektare (ha) tersebut telah diidentifikasi melalui penilaian area bernilai konservasi tinggi (NKT) yang dilakukan sebelum pembukaan kebun.

 

Baca juga: Memasuki Musim Kemarau, Wilmar Mitigasi Kebakaran Lahan

Dari penilaian para ahli, perusahaan memperoleh rekomendasi untuk melakukan konservasi pada area-area yang diidentifkasi. Para ahli juga memberikan rekomendasi untuk pengelolaan dan monitoring.

“Penilaian area-area NKT terdiri dari area-area yang mempunyai nilai, seperti fungsi habitat, fungsi jasa ekosistem, ekosistem unik/langka, hingga area dengan fungsi sosial budaya masyarakat setempat,” kata Surya melalui keterangan resmi, Rabu (2/9/2020).

Dia menjelaskan, burung pemangsa umum ditemukan di perkebunan kelapa sawit karena banyak tersedia mangsa, seperti tikus dan ular, yang merupakan mangsa bagi Elang tikus (Elanus Caeruleus) dan Elang-ular Bido (Spilornis Cheela).

Dalam catatan tim konservasi, pernah dijumpai 14 ekor Elang Tikus dalam satu lokasi. “Ini merupakan salah satu rekor, karena biasanya Elang Tikus hanya berkumpul antara 4 – 6 ekor dalam satu tempat,” tutur dia.

Perusahaan juga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelestarian burung pemangsa melalui sosialisasi. Sebab, burung pemangsa tersebut menghadapi sejumlah ancaman, antara lain kebakaran lahan dan hutan serta pembukaan kawasan konservasi untuk tambang.

“Masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya konservasi, seperti rehabilitasi hutan dan sosialisasi intensif melalui pertemuan formal dan informal,” kata Surya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com