Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intip Bisnis Tas Daur Ulang Plastik yang Rambah Pasar Ekspor

Kompas.com - 31/10/2020, 08:13 WIB
Yohana Artha Uly,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Limbah plastik ternyata mampu memiliki nilai jual yang tinggi di tangan Deasy Esterina. Ia mengubah plastik yang selama ini merupakan masalah bagi lingkungan menjadi sebuah tas yang berkualitas.

Wanita berusia 30 tahun asal Semarang tersebut, merupakan pelaku usaha yang sukses menjadikan kantong plastik 'kresek' sebagai bagian dari bahan pembuatan produk tasnya.

Jenis tas yang dihasilkan beragam, seperti ransel (backpack), tas selempang (sling bag), tas laptop (laptop bag), tas pinggang (waist bag), dompet, tote bag, dan pouch. Penjualan produk-produk ini bahkan mencapai pasar luar negeri.

Baca juga: Resep Usaha Tas Kulit Abekani Tetap Moncer di Tengah Pandemi

Keberhasilan Deasy membuat tas juga diakui dengan berbagai penghargaan yang ia dapatkan, diantaranya Good Design Indonesia, Asephi Emerging Award, Sustainable Business Award, dan Pengusaha Wanita Muda Pengolah Limbah Plastik dari Leprid.

Deasy merintis bisnisnya sejak Oktober 2014 dengan memakai merek Kreskros. Saat itu belum terlalu serius, karena bisnisnya hanya berdasarkan hobi membuat kerajinan tangan.

Kala itu ia sedang tertarik dengan aktivitas merajut. Perhatian juga tertuju pada banyaknya kantong plastik yang ada di sekitarnya. Alhasil, kondisi tersebutlah yang memunculkan ide Deasy untuk membuat tas dengan kombinasi rajutan plastik.

"Karena keterbatasan teknik merajut yang saya kuasai, saya pikir ada yang harus dibuat unik. Jadi saya pilih limbah plastik," kisahnya kepada Kompas.com ketika dihubungi pada Jumat (30/10/2020).

Baca juga: Cerita Perajin Tas Kulit, Omzet Anjlok 50 Persen akibat Virus Corona

"Jadi selain membuat rajutan yang berbeda dengan rajutan benang lain pada umumnya, saya juga bisa membuat hal baik meski kecil untuk lingkungan," imbuh Deasy.

Saat itu, pemasaran produk tasnya hanya mengandalkan relasi dan media sosial pribadi. Ternyata respons positif didapatkan Deasy dari lingkungan sekitarnya, baik kerabat maupun sahabat. Ini yang mendorong dia untuk serius menggarap bisnisnya.

Alhasil pada Oktober 2016 ia memulai kembali Kreskros dengan lebih serius sebagai socio-business, model bisnis yang memaksimalkan keuntungan sekaligus memaksimalkan manfaat untuk sosial dan lingkungan.

Proses pembuatan tas merek Kreskros yang menggunakan daur ulang limbah plastik.  Dok. Pribadi Deasy Esterina Proses pembuatan tas merek Kreskros yang menggunakan daur ulang limbah plastik.
Usia menyelesaikan pendidikan Arsitektur Interior di Universitas Ciputra Surabaya, Deasy memilih kembali ke daerah kelahirannya di Ambarawa, Semarang, untuk menggarap bisnisnya dengan serius.

Tujuan Deasy agar bisa memberdayakan ibu-ibu di wilayahnya untuk mendapatkan penghasilan di tengah kesibukan mereka mengurus keluarga. Sebab waktu kerja di Kreskros memang dibuat fleksibel bagi para ibu rumah tangga tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com