Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial

Kompas.com - 10/11/2020, 19:48 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 4.000 warga yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa mereka.

Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang harganya kerap anjlok saat panen.

Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran parfum, atau menjadi obat penawar penyakit.

Baca juga: Astra Berikan Penghargaan untuk Anak Muda Pejuang di Kala Pandemi

Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari.

Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu baik, tembakau pun ditinggalkan.

Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan pemerintah pun tak berjalan baik.

Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut.

Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta, Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial.

"Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020).

Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang digunakan hanya daun yang berguguran atau layu.

Baca juga: Gowes Kembali Populer, Apakah Astra Bakal Produksi Lagi Sepeda Federal?

Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di pohon.

Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti Jerman, Prancis dan Spanyol.

Minyak esensial NaresNares Minyak esensial Nares

Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa

Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian Nares melakukan penyulingan minyak esensial.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com