Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Makna dari Relief di Gedung Sarinah

Kompas.com - 16/01/2021, 20:38 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gedung Sarinah saat ini tengah direnovasi dalam rangka transformasi bisnis. Pada gedung yang memiliki predikat cagar budaya itu terdapat pula sebuah karya seni rupa patung relief.

Menurut Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), berdasarkan beberapa ahli sejarah dan seni rupa nasional relief tersebut dibuat oleh kelompok seniman Yogyakarta pada masa konstruksi tahun 1962-1966.

Relief itu menampilkan para penjaja dan pelapak yang melambangkan perjuangan rakyat kecil mencari nafkah.

Baca juga: Meski Vaksin Mandiri untuk Korporasi Dibuka, Menkes Pastikan Vaksin Gratis Tetap Ada

"Menurut catatan pencipta tahu pembuatan relief ini adalah kelompok pematung, pelukis dari Yogyakarta," ujar Asikin, salah seorang tokoh dan anggota TACB dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/1/2021).

Ia menilai, karya seni ini ukurannya sangat epik serta gigantik. Bahkan pada saat dibuat sudah menggunakan teknologi pengecoran panel tunggal modern.

Meski demikian, identitas arsitek atau desainer patung tersebut masih belum diketahui. Saat ini TACB sedang menelusurinya sebab dibutuhkan untuk kepentingan restorasi.

"Ini masih ditelusuri oleh TACB, termasuk juga blue print atau cetak birunya, karena penting untuk pekerjaan restorasi," katanya.

Sementara itu Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Fetty Kwartati mengatakan, relief tersebut melambangkan kegiatan ekonomi rakyat jelata yang pada saat itu bertumpu pada hasil pertanian, perkebunan, perikan dan kerajinan.

Ia bilang, proklamator dan presiden pertama Indonesia Soekarno atau yang dikenal dengan panggilan Bung Karno, adalah seorang seniman yang mencetuskan pembuatan karya seni itu.

"Keberpihakan pada ekonomi kerakyatan sudah merupakan semangat para pendiri bangsa ini," kata Fetty.

Menteri BUMN Erick Thohir saat meninjau Gedung Sarinah, Jumat (15/1/2021).Dok. Kementerian BUMN Menteri BUMN Erick Thohir saat meninjau Gedung Sarinah, Jumat (15/1/2021).
Dia mengatakan, Sarinah sendiri dibangun sebagai perwujudan modernisasi yang pada masanya adalah mercusuar kebangkitan ekonomi bangsa yang unggul dan berpihak pada ekonomi rakyat atau istilah saat ini adalah UMKM.

"Maka relief ini juga terus mengingatkan amanah Sarinah untuk membesarkan mereka," imbuhnya.

Baca juga: Erick Thohir Minta Direksi BUMN Belajar Nilai Kepedulian dari Milenial

Ia mengungkapkan, pada tahun 1980-an ketika Sarinah saat itu pernah terbakar dan dilakukan pelebaran koridor pengunjung, relief itu dipindahkan dan disimpan di lantai dasar.

Maka kini, berkenaan dengan transformasi dan renovasi Gedung Sarinah, relief tersebut akan direstorasi dan dipamerkan saat pemugaran usai dan Sarinah beroperasi kembali.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (Erick Thohir) pun sempat melihat progres dari pemugaran Sarinah, yang secara prinsip diyakini masih on track dan on schedule walau ditengah-tengah pandemi Covid-19.

Ia pun meminta agar karya ini direstorasi sedapat-dapatnya kembali seperti sedia kala, dan saat Sarinah kembali dibuka relief dapat dipamerkan kepada publik.

"Saya terus terang sangat terharu, dalam arti saya pecinta seni, ketika melihat kondisi seni budaya yang kita punya ini tidak terawat. Karena itu saya minta Sarinah, Wika, kita perbaiki kembali seperti yang dahulu,” ujar Erick, Jumat (15/1/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com