Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2021, 12:47 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ramai fenomena main saham pakai uang panas akhir – akhir ini cukup meresahkan. Dari mulai kisah beli saham dari uang modal nikah, uang arisan, uang sekolah, hingga rela berutang, hanya demi ikut-ikutan membeli saham, tanpa pemahaman pasar modal yang cukup.

Dengan volatilitas pasar modal yang tinggi, tidak sedikit investor yang menyesal karena saham yang ia beli dengan uang panas, justru tidak menghasilkan cuan, bahkan harganya turun dan mengalami kerugian yang tidak sedikit.

Hasan Fawzi Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, menggunakan dana darurat untuk membeli saham tentunya suatu hal yang tidak bijak. Dia bilang, investor tentunya harus memahami mengenai potensi untung dan rugi setelah berkomitmen untuk berinvestasi saham.

Baca juga: 2021, Pemerintah Biayai 847 Proyek Infrastruktur dengan Surat Utang Syariah

“Kami mengingatkan untuk tidak menggunakan dana yang bersumber dari pinjaman, dana yang diperlukan untuk kebutuhan sehari hari, dana untuk kebutuhan darurat, dan dana kebutuhan jangka pendek lainnya,” kata Hasan di Jakarta, Senin (18/1/2021).

Hasan bilang, dalam melakukan investasi, investor hendaknya menghitung dan mengelola risiko dalam berinvestasi. Beli saham dari dana darurat dinilai semakin meningkatkan risiko investasi, karena adanya keterbatasan waktu yang relatif pendek untuk segera mengembalikan dana pinjamannya dengan tingkat bunga tertentu.

Sementara itu, Perencana keuangan Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan, bagi pemula yang ingin melakukan investasi saham tentunya harus membekali diri dengan ilmu, dan juga tidak boleh terburu-buru.

Investor bisa mencoba untuk memulai investasi dari mulai lot kecil, den berlatih dengan keuntungan yang kecil pula. Jika memang sudah mantap dan terlatih, barulah bisa mulai untuk melebarkan investasinya.

“Kalau mau investasi di saham, mulailah dengan yang kecil dulu dan merasakan hasil yang tidak terlalu besar. Ketika ilmu dan pemahaman meningkat, maka harus diiringi dengan meningkatkan kepemilikan sahamnya. Untuk mengurangi risiko, kurangi juga besaran dan kerugian yang didapatkan, yakni dengan memperkecil nilai invstasinya di awal,” ujar Eko.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com