Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank OCBC NISP Catat Dana Kelolaan Wealth Management Tumbuh 30 Persen

Kompas.com - 07/09/2022, 19:15 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis wealth management PT Bank OCBC NISP Tbk mencatatkan kinerja positif di tengah ketidakpastian ekonomi global dan nasional.

Kepala Divisi Wealth Management Bank OCBC NISP Juky Mariska mengatakan, hingga Semester I-2022, dana kelolaan atau asset under management (AUM) meningkat signifikan sebesar 30 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

"AUM sih tumbuhnya cukup bagus ya dibanding tahun lalu, kita tumbuh sekitar 30 persen secara overall," ujar Juky kepada wartawan di First Crack Coffee, Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Baca juga: Melihat Pergerakan Saham GOTO Usai Pengumuman Kenaikan Tarif Ojol

Dia mengungkapkan, tren instrumen investasi yang menarik untuk nasabah masih sama seperti tahun lalu, yaitu produk-produk di luar deposito seperti obligasi dan reksa dana.

Padahal kata dia, harga instrumen obligasi ini sejak awal tahun cukup menantang untuk nasabah sehingga hanya nasabah primer saja yang memilih obligasi.

Namun, dengan adanya kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed, diperkirakan obligasi akan menjadi instrumen investasi yang diincar oleh nasabah ke depan.

"Harusnya untuk para nasabah yang mau obligasi sekarang ini sudah mulai boleh lagi untuk consider (mempertimbangkan) ke obligasi," ucapnya.

Baca juga: UPDATE Daftar Harga Pertamax Hari Ini, Berlaku Se-Indonesia

Sementara untuk reksa dana, dengan adanya kenaikan suku bunga BI dan harga bahan bakar minyak (BBM) justru menjadikan reksa dana sebagai instrumen investasi yang patut dipertimbangkan.

Pasalnya, kondisi perekonomian dan kebijakan yang diambil pemerintah tersebut mendukung pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini tercermin dari IHSG yang saat ini meningkat ke level 7.200.

"Sekarang kaya The Fed, Indonesia mulai menaikkan subung, harga BBM naik, kalau kita bilang kemarin demo tapi sebenarnya kalau untuk dari mata investor asing dan ekonomi itu bukan sesuatu yang jelek karena secara fiskal itu harusnya mendukung untuk pergerakan di IHSG," jelasnya.

Baca juga: Singapura Tarik Peredaran Kecap Manis dan Saus Sambal ABC, Ini Kata Manajemen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com