Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah Tembus Rp 15.100 Per Dollar AS, Sri Mulyani Ungkap Penyebabnya

Kompas.com - 26/09/2022, 18:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penguatan dollar Amerika Serikat (AS) telah memukul nilai tukar seluruh mata uang di dunia, termasuk Indonesia. Penguatan dollar AS itu tak lepas dari kebijakan Bank Sentral AS yang menaikkan suku bunga acuannya.

"Indeks dollar mengalami penguatan hingga 110. Kalau dollar menguat berarti lawan mata uang lainnya, terutama emerging market, mengalami depresiasi. Semakin kuat dollar berarti lawannya semakin melemah," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (26/9/2022).

Ia menjelaskan, tekanan pasar keuangan global yang sempat mereda kembali mengalami bergejolak, terutama di sepanjang September 2022. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan moneter Federal Reserve atau The Fed yang masih tetap hawkish.

Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 22 September 2022, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin menjadi di kisaran 3 persen-3,25 persen. Adapun diproyeksikan hingga akhir tahun suku bunga The Fed akan naik mencapai 4,4 persen.

Baca juga: Rupiah Tertekan, Gubernur BI: Relatif Lebih Baik Dibandingkan Sejumlah Mata Uang Negara Lain

Kebijakan moneter bank sentral AS

Kebijakan pengetatan moneter itu, dilakukan Bank Sentral AS sebagai respons dari melonjaknya inflasi AS. Tingkat inflasi AS per Agustus 2022 mencapai 8,3 persen, memang lebih membaik ketimbang Juli 2022 yang sebesar 8,5 persen, namun inflasi intinya atau core inflation tetap tinggi di 6,3 persen.

"(Inflasi yang tinggi) membuat semua bank sentral semua negara merespons dengan kebijakan menaikkan suku bunga dan melakukan pengetatan likuiditas. Seperti AS, selama tahun 2022 sendiri sudah naik 300 basis poin," kata Sri Mulyani.

Kebijakan moneter AS itu pada akhirnya membuat terjadinya aliran modal asing keluar (capital outflow) dari negara-negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Kondisi tersebut membuat nilai mata uang negara-negara berkembang pun kian melemah karena tertekan dollar AS.

"Outflow dari negara-negara emerging ini di alami berbagai negara, termasuk kita. Bahkan dalam hal ini dialami oleh Afrika Selatan, Brasil, termasuk Tiongkok. Ini tentu akan menimbulkan tekanan terhadap sektor keuangan," jelasnya.

Baca juga: Harga Barang Naik gara-gara Rupiah Melemah, Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat?


Sebagai informasi, mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan hari ini, sempat dibuka pada level Rp 15.006 per dollar AS, melemah dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya sebesar Rp 15.038 per dollar AS.

Koreksi tersebut terus berlanjut dalam kurun waktu 1 jam pertama perdagangan, dan menembus Rp 15.100 per dollar AS. Kini hingga pukul 17.30 WIB, kurs rupiah bertahan pada level Rp 15.129 per dollar AS, melemah 0,61 persen.

Baca juga: The Fed Kembali Naikkan Suku Bunga, Rupiah Melemah di Atas Level Rp 15.000 Per Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com