Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transformasi Energi Bisa Dorong Indonesia Jadi "High Income Country" pada 2045?

Kompas.com - 10/10/2022, 16:47 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksana tugas (Plt) Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Vivi Yulaswati mengungkapkan, dengan transformasi energi, Indonesia bisa menjadi negara dengan masyarakat berpenghasilan tinggi di tahun 2045.

“Suksesnya transformasi (energi) ini akan membawa Indonesia keluar dari middle income trap ke high income country di 2045,” kata Vivi, dalam acara Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) pada Senin (10/10/2022).

Vivi mengatakan, pandemi Covid-19 yang terjadi mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat. Ada banyak hal yang mengalami perubahan, termasuk kebutuhan energi yang mengingkat.

Baca juga: Transformasi Energi di Sekitar Kita

Hal ini menjadi tantangan tersediri, disamping dengan dampak perubahan iklim, hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana untuk mendorong kebutuhan energi hijau. Vivi menjelaskan, satu strategi yang bisa dilakukan adalah melalui transformasi ke green ekonomi.

Green economy merupakan, model ekonomi yang mensinergikan pertumbuhan ekonomi, kualitas lingkungan, serta kesejahteraan sosial.

“Financing di sektor energi, teknologi dan kapasitas menjadi fokus untuk secara bertahap kita kurangi ketergantungan terhadap coal pelan-pelan. Kita bisa seimbangkan dengan kegiatan yang bersifat energi baru terbarukan,” kata Vivi.

Baca juga: Selain Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca, Perpres 112/2022 Ditargetkan Dorong Investasi Hijau

Percepatan EBT

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2025, diatur terkait penurunan emisi karbon dan ketahanan iklim. Oleh sebab itu, dia menilai, penting untuk melakukan upaya mendorong penurunan emisi gas rumah kaca sebagai negara yang rentan terdampak perubahan iklim.

Vivi menilai, kebutuhan energi terus meningkat seiring pertumbuhan populasi. Sehingga implementasi EBT perlu dipercepat agar target penurunan emisi karbon 31 persen di tahun 2050 bisa tercapai.

Energi terbarukan adalah kunci indikator dari sisi suplai. Indonesia memiliki target penurunan emisi 23 persen di 2025 dan 31 persen di 2050. Transisi ini ada hare adalah kunci indikator dari sisii suplai. seperti yang kita pahami , ind memiliki target ebt 23 p di 2025 dan 31 di 2050 dan untuk mencapai itu, kita membutuhkan percepatan transisi,” lanjutnya.

Baca juga: Pertamina Gandeng Kerja Sama Transisi Energi dengan Sejumlah Perusahaan, demi Turunkan Emisi Karbon

 


Misalkan transisi ke electric vehicle (EV) yang secara tidak langsung akan mengurangi jumlah subsidi energi dan meningkatkan penggunaan bahan bakar tanpa emisi. Namun tentu, ada tantangan untuk mendorong terciptanya net zero carbon melalui transisi energi ini.

“Yang paling krusial, kita harus merumuskan aturan teknisnya, dan mengimplementasikannya dengan smooth. Kita harus optimis, transformasi ekonomi melewati low carbon development, bisa menjadi solusi jangka panjang. Tentunya kolaborasi juga penting untuk melewati tantangan ini,” tegas dia.

Baca juga: Pacu Ekosistem Kendaraan Listrik, Ini 6 Hal yang Dilakukan PLN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com