Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos OJK Beberkan Penyebab Perekonomian RI Masih Akan Mampu Tumbuh di Tengah Ancaman Resesi Global

Kompas.com - 13/10/2022, 15:46 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren pertumbuhan positif perekonomian Indonesia diproyeksi berlanjut, meskipun kondisi perekonomian global saat ini tengah menghadapi berbagai ketidakpastian, yang membuat ancaman resesi semakin nyata.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan, kondisi perekonomian nasional telah pulih dari dampak pandemi Covid-19, terefleksikan dari posisi produk domestik bruto (PDB) yang sudah kembali ke level sebelum merebaknya pandemi.

Di tengah ancaman krisis perekonomian global yang dipicu oleh lonjakan inflasi disertai pengetatan kebijakan moneter secara agresif, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi berlanjut.

Baca juga: Chatib Basri Nilai Tahun Politik Bisa Dukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Bahkan Mahendra bilang, tidak ada proyeksi yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal lebih rendah dari proyeksi awal, yakni 5 persen secara tahunan (year on year/yoy).

"Prakiraan terakhir yang juga kita dengar dari IMF dalam beberapa hari silam sekalipun menunjukkan prakiraan global yang turun tetap memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5 persen," ujar dia, dalam pembukaan Capital Market Summit & Expo 2022, Kamis (13/10/2022).

Faktor pendukung 

Mantan wakil menteri luar negeri itu mengungkapkan, setidaknya terdapat tiga faktor utama yang dapat mendukung momentum pertumbuhan perekonomian RI saat ini.

"Pertama adalah karena memang dilihat dari kacamata pengelolaan ekonomi makro, fiskal, moneter, bahwa apa yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir ini sudah dilakukan dengan baik," tutur dia.

Kemudian, kebijakan hilirisasi yang telah terlaksana dengan baik di berbagai sektor industri juga turut mampu mendukung pertumbuhan PDB nasional.

Menurut Mahendra, saat ini bermunculan berbagai sektor ekonomi yang berkontribusi kepada PDB, padahal sebelumnya tidak terlihat sumbangsihnya.

"Sekarang sudah kelihatan semakin jelas, baik di sektor hulu yang menonjolkan aspek hilirasasi dan menuju kepada rantai pasok global yang lebih utuh," kata dia.

"Maupun dalam berbagai kegiatan yang ditunjang oleh digital technology, maupun juga berbagai pertumbuhan daya beli yang semakin cepat di seluruh lini ekonomi," tambah dia.

Faktor pendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang terakhir ialah, relatif lebih rendahnya keterikatan ekonomi Indonesia dengan perekonomian global, dibanding dengan negara kawasan lain.

Dengan rendahnya eksposur perekonomian Tanah Air, buruknya kondisi perekonomian global dinilai tidak akan berdampak signifikan.

"Fakta bahwa Indonesia relatif tidak terlalu eksposur ekonomi internasional malah memberikan blessing in disguise," ucapnya.

Baca juga: Menghela Turbulensi Ekonomi Global

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com