Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Komoditas Melonjak, Perekonomian Indonesia Bagian Timur Akan Tumbuh Lebih Tinggi pada 2023

Kompas.com - 03/11/2022, 14:32 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Ekonomi) mengungkapkan, pada tahun depan akan terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia bagian timur dan barat.

Prediksi ini berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2022.

Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kemenko Ekonomi Ichsan Zulkarnain mengatakan, perekonomian di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua diperkirakan akan lebih tinggi pada tahun 2023 dibandingkan daerah lainnya.

Baca juga: Hadapi Kondisi Perekonomian Global, Mendag Dorong Kolaborasi

Bahkan, khusus untuk wilayah Maluku diperkirakan pertumbuhan ekonominya akan mencapai 10 persen. Kemudian, diikuti dengan Papua yang akan tumbuh 8,4 persen dan Sulawesi 7,8 persen.

Sedangkan wilayah lain justru pertumbuhannya akan melambat dibandingkan tahun ini, seperti Jawa dan Bali di tahun ini pertumbuhan ekonominya 5,9 persen menjadi 5,8 persen di 2023.

Kemudian, Sumatera yang pada 2022 tumbuh 8 persen menjadi hanya 5,2 persen pada 2023, Nusa Tenggara dari 6 persen menjadi 5,7 persen, dan Kalimantan 6,7 persen menjadi hanya 6 persen.

"Di tahun depan akan diproyeksikan bahwa beberapa daerah di Indonesia akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan daerah-daerah yang lain. Jadi ada ketimpangan dalam angka pertumbuhan regional," ujarnya dalam Webinar ADB Indonesia Development Talk 8, Kamis (3/11/2022).

Baca juga: Bos OJK Beberkan Penyebab Perekonomian RI Masih Akan Mampu Tumbuh di Tengah Ancaman Resesi Global

Dia menjelaskan, perekonomian ketiga wilayah Indonesia bagian timur tersebut dapat tumbuh lebih tinggi lantaran perekonomiannya bergantung pada sumber daya alam (SDA).

Misalnya, pada wilayah Maluku perekonomiannya fokus pada pelaksanaan program lumbung ikan nasional, peningkatan produksi feronikel, dan pembangunan pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik.


Seperti diketahui, tahun ini harga komoditas energi dan SDA di global melonjak tinggi karena adanya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Hal ini diperkirakan masih akan terjadi hingga tahun depan.

"Dengan adanya harga energi yang lebih tinggi, jadi daerah-daerah tersebut bisa mendapatkan dampak-dampak positif pada jangka pendeknya dibandingkan dengan daerah-daerah yang lain," jelasnya.

Menurut dia, fenomena ini bagus bagi perekonomian wilayah tersebut untuk jangka pendek. Namun, dari sudut nasional ini dapat menjadi tantangan tersendiri karena menciptakan ketimpangan ekonomi di tahun depan.

"Salah satu masalah yang kita hadapi tahun depan adalah masalah kesenjangan antara pertumbuhan pembangunan di daerah," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com