JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan saat ini kondisi ekonomi global masuk ke fase stagflasi.
Ia mengatakan, stagflasi adalah kondisi ekonomi yang mengalami perlambatan diikuti dengan tingginya angka pengangguran dan inflasi.
Kondisi ini, kata Dody, lebih buruk dibandingkan reflasi. Adapun reflasi adalah kondisi ekonomi yang mengalami perlambatan dan inflasi tinggi.
Baca juga: BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2023 Cukup Baik 4,5 sampai 5,3 Persen
"Kondisi global sudah mau meninggalkan reflasi dan menuju stagflasi, lebih buruk, sebelum nanti masuk ke kondisi resesi. Itu yang dihadapi banyak negara di Eropa dan Amerika," kata Dody dalam podcast Birama secara virtual, Jumat (2/12/2022).
Dody mengatakan, dampak gejolak ekonomi global ini tidak akan terlalu tajam di Indonesia.
Ia mengatakan, ekspor barang akan melambat akibat gejolak ekonomi global, namun, investasi dan konsumsi sudah mulai bangkit seiring mobilitas masyarakat yang kembali normal.
Baca juga: BI Lakukan Penyesuaian Kegiatan Operasional Selama Libur Natal dan Tahun Baru 2023
"Aliran modal masuk itu relatif kita harapkan dari ekspor meski tidak sebesar yang lalu, jadi artinya neraca perdagangan kita, kita perkirakan surplus meski tidak setinggi 2021 dan 2022," ujarnya.
Lebih lanjut, Dody mengatakan, angka inflasi saat ini masih dalam tren turun sehingga daya beli masyarakat masih bisa terjaga.
"Ini tidak lepas dari kebijakan 2022 ini yang kita teruskan di 2023 intinya pada sinergi, inovasi, dan kolaborasi," ucap dia.
Baca juga: Hadapi Tantangan Ekonomi Global 2023, Ini 5 Bauran Kebijakan BI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya