KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Geser Gaya Kepemimpinan Anda

Kompas.com - 08/04/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANYAK organisasi besar sudah memahami pentingnya memiliki pemimpin andal bagi keberlangsungan organisasi mereka. Untuk itu, mereka mengadakan kelas-kelas pelatihan dan melakukan evaluasi kinerja secara periodik.

Namun, ketika tiba saatnya bagi para CEO untuk mengalihkan tongkat estafet kepemimpinan mereka kepada salah satu dari talenta yang ada, mereka tetap merasa kesulitan menentukan siapa yang cukup siap untuk membawa organisasinya menghadapi tantangan yang ada.

Bahkan, banyak dari mereka yang mungkin merasa pengalaman yang dimiliki belum cukup untuk menghadapi tantangan organisasi di masa depan. Terlebih, di tengah globalisasi dan kecepatan inovasi teknologi yang telah mengubah cara orang berhubungan satu sama lain.

Saat ini, orang dapat dengan mudah bergaul antarbenua, bahkan antarbudaya. Kolaborasi antar-perusahaan pun dapat terjadi secara kreatif dan merambah ke pasar-pasar baru yang sebelumnya tidak ada.

Teknologi sendiri membawa banyak kejutan. Industri-industri yang tadinya maju dengan nyaman bisa tiba-tiba mengalami guncangan dalam hitungan bulan.

Pada era dengan penggunaan media sosial yang demikian masif, konsumen, media, dan para pemangku kepentingan menjadi sangat berkuasa. Mereka tidak segan memberikan reward and punishment pada perusahaan-perusahaan lama ataupun baru. Salah satunya bisa kita lihat dari berapa banyak raksasa startup yang mengurangi ribuan karyawannya.

Pada situasi seperti itu, kita memang perlu meninjau kembali efektivitas kepemimpinan yang dikenal selama ini.

Leadership is very much related to change. As the pace of change accelerates, there is naturally a greater need for effective leadership,” kata Profesor Emeritus di bidang Kepemimpinan di Harvard Business School John Kotter.

Apakah itu berarti ada gaya kepemimpinan yang sudah tidak lagi jitu untuk menghadapi tantangan saat ini?

Memperkuat kualitas kepemimpinan

Beberapa hal mengenai kepemimpinan konvensional memang tetap harus ada. Hingga saat ini, penting bagi pemimpin untuk tetap memiliki visi dan mampu mendapatkan buy-in dari para pemangku kepentingannya demi mewujudkan visi tersebut.

Pemimpin pun diharapkan dapat membuat terobosan dan mau bekerja keras untuk memenuhi komitmennya sambil tetap mempraktikkan integritas dan kejujuran. Namun, saat ini, ada beberapa hal yang perlu dimiliki para pemimpin untuk memperkuat kualitas kepemimpinannya guna menghadapi kebutuhan zaman.

Pertama, pemimpin tidak bisa lagi bergantung pada kuasa yang dimiliki sebagai berkah dari jabatannya. Hierarki, gaya kepemimpinan “command and control”, “telling” dengan sikap “tidak mau tahu” atau “pokoknya” terasa sudah sangat usang.

Pada zaman ini, pemimpin yang bisa mempertebal daya pengaruhnya dan mampu mendapatkan buy-in dari para pengikutnya sampai mereka rela untuk go to the extra miles mewujudkan visinya, akan lebih efektif.

Tidak hanya memengaruhi anak buah dalam organisasi, tetapi juga bagaimana pemimpin dapat memengaruhi para pelanggan sampai para partner bisnisnya. Seorang pemimpin perlu mengembangkan network of partnerships-nya.

Keterampilan menebarkan pengaruh itu juga perlu disebarluaskan kepada para bawahannya sehingga ada distribusi pengaruh yang semakin kuat dalam lingkungan yang dipimpinnya. Kesuksesan manuver ini tentunya dipengaruhi adanya rasa saling menghargai dan percaya di seluruh organisasi. Kaliber engagement seperti ini mensyaratkan empati yang jauh lebih dalam dan keterampilan komunikasi yang piawai.

Tak hanya itu, hubungan dengan para pemangku kepentingan juga harus diperbaiki kualitasnya agar dapat mencapai tingkat integritas yang premium. Untuk mencapai hal ini, seorang pemimpin harus menunjukkan sikap inklusifnya kepada setiap individu, baik di dalam maupun luar organisasi, yang memiliki beragam latar belakang, budaya, dan harapan.

Seorang pemimpin juga harus dapat menunjukkan apresiasi atas kontribusi setiap individu yang berdampak bagi organisasi.

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.

Kedua, pemimpin perlu jeli dalam memahami data-data yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan. Dengan keterbukaan informasi saat ini, kita perlu cakap memilah informasi yang relevan dengan aspek yang dapat mengakibatkan distorsi dalam proses pengambilan keputusan.

Pemimpin memang dituntut untuk dapat mempertimbangkan kepentingan berbagai pihak yang terlibat dan bisa mengambil keputusan yang etis, tepat sasaran, dan tetap menunjukkan kepekaan empatinya.

Saat ini, salah mengambil langkah dapat menimbulkan kehebohan di media sosial. Kita tahu betapa besarnya kekuatan warganet yang bahkan bisa mengguncangkan institusi-institusi negara. Meski demikian, pemimpin tetap perlu menjaga integritasnya agar tidak terjebak sekadar mengambil keputusan yang populer.

Ketiga, seorang pemimpin perlu meningkatkan kemampuannya dalam melihat situasi secara “big picture”. Bisa saja kita merasa bahwa selama ini sudah mempunyai kapasitas persepsi yang luas. Namun, tanpa disadari, “big picture” pun ternyata tidak kebal dari perubahan. Kanvas peta ekosistem perusahaan dapat berubah mengikuti perkembangan zaman.

Sudah bukan masanya lagi orang bagian keuangan hanya melihat dari sisi finance, tanpa memedulikan bagian lain. Kepuasan pelanggan adalah kewajiban setiap insan dalam organisasi, bukan hanya bagian customer care.

Pemimpin tidak bisa lagi hanya bercokol di menara gadingnya. Mereka harus keluar, berbicara dari hati ke hati dengan para bawahan, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mendapatkan fakta dan kebenaran yang relevan.

Norma sosial pun sudah berubah. Kompetisi sulit dimenangkan tanpa adanya kolaborasi. Mereka yang tidak mampu membangun jejaring akan duduk kesepian di tempatnya sendiri. Oleh karena itu, membangun hubungan menjadi sebuah investasi jangka panjang perlu benar-benar dipupuk oleh para pemimpin masa depan ini.

Norma sosial baru: informalitas

Dengan perkembangan baru, masyarakat sekarang jauh lebih peka terhadap kedalaman hubungan interpersonal. Informality plays a role. Ini bukan berarti kita perlu ramah ke setiap orang, melainkan harus memanfaatkan waktu untuk benar-benar mendengar dan meluangkan waktu dengan bawahan dan pelanggan serta orang-orang di sekitar mereka.

Pemimpin tidak hanya dituntut dapat melakukan manajemen perubahan dengan baik, tetapi juga diharapkan menjadi sumber pendorong perubahan yang akan terjadi.

Pemimpin mengubah dunia dengan mengubah diri mereka sendiri dan membawa transformasi pada manusia. Jadilah perubahan, jadilah pemimpin.” – Dhriti.


Terkini Lainnya

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com