Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mirae Asset Revisi Proyeksi IHSG Menjadi 7.600 pada Semester II-2023

Kompas.com - 10/07/2023, 15:30 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menyentuh level 7.600 pada paruh kedua 2023. Hal ini karena pencabutan status pandemi dan minimnya dampak kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Rate).

Head of Investment Information Mirae Asset Martha Christina mengatakan, pihaknya merevisi target IHSG tersebut setelah sebelumnya Mirae menetapkan level 7.700 pada IHSG hingga akhir tahun ini.

“Target IHSG kami turunkan, dari sebelumnya level 7.700, ke level 7.600. Angka 7.600 ini sebenarnya IHSG masih sangat menarik,” kata Martha di Jakarta, Senin (10/7/2023).

Baca juga: IHSG Awal Sesi Bangkit, Rupiah Masih Lesu

Martha mengungkapkan, valuasi IHSG masih berada pada 13,6x dari nilai rasio harga saham per laba berdasarkan prediksi setahun penuh 2023 (23F P/E ratio). Angka itu masih lebih murah dibanding indeks saham utama negeri tetangga seperti FTSE Bursa Malaysia dan SET Thailand yaitu 13,4x dan 16,3x.

“Dibandingkan dengn indeks-indeks lainnya di negara berkembang, IHSG kita termasuk murah dan atraktif,” tambahnya.

Menurutnya, investor tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari kenaikan Fed Rate yang diprediksi akan naik hingga 5,75 persen dari posisi saat ini 5 persen - 5,25 persen karena investasi asing di pasar saham dan obligasi Indonesia cukup terkendali.

“Tren kenaikan Fed Rate memang dapat memicu arus dana investor asing keluar dari negara berkembang termasuk Indonesia, tetapi dampaknya tidak akan besar karena saat ini porsi investor asing pada pasar saham dan pasar obligasi relatif rendah,” ujar Martha.

Baca juga: Mampukah IHSG Bangkit? Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Dia mengatakan porsi transaksi investor asing pada transaksi harian pasar saham hanya 35 persen, dan porsi kepemilikan investor asing pada surat berharga negara (SBN) rupiah hanya 15 persen. Angka itu terbilang rendah dibanding 45 persen dan 35 persen pada 10 tahun yang lalu ketika taper tantrum.

Sementara itu, taper tantrum terjadi setelah pengurangan stimulus (tapering off) bank sentral AS pada 2013, yang memicu kenaikan nilai tukar dolar AS. Selain dicabutnya status pandemi dan minimnya dampak kenaikan suku bunga, dia mengatakan optimisme terhadap IHSG tersebut juga ditambah beberapa faktor lain.

Faktor tersebut adalah nilai investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang tinggi, makroekonomi (terutama neraca berjalan dan cadangan devisa valas), potensi kenaikan tingkat produktivitas masyarakat, potensi kenaikan harga komoditas pertanian (soft commodities), dan valuasi IHSG yang relatif murah.

Baca juga: MIND ID Siapkan Dana untuk Serap 14 Persen Saham Vale Indonesia

“FDI meroket setelah adanya larangan ekspor nikel. Untuk produktivitas masyarakat, Faktor yang memengaruhi adalah lebih sedikitnya hari libur yang dapat meningkatkan produktivitas minimal sebesar 10 persen. Di sisi komoditas, harga soft commodities (salah satunya CPO) diprediksi akan naik jika El Nino (kemarau) datang lebih awal daripada prediksi,” jelas dia.

Adapun beberapa saham pilihan Mirae Asset antara lain, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Astra International Tbk (ASII), PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Baca juga: Indonesia Dinilai Harus Kuasai 51 Persen Saham Vale

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com