Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Pajak Tidak Lagi 'Double Digit'

Kompas.com - 10/07/2023, 16:40 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren perlambatan pertumbuhan penerimaan pajak berlanjut hingga Juni 2023. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi pertumbuhan penerimaan pajak pada Juni kembali menyusut dibanding bulan sebelumnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan, realisasi penerimaan pajak sebesar Rp 970,2 triliun atau setara 56,5 persen dari target yang ditetapkan APBN 2023 dan tumbuh 9,9 persen secara tahunan hingga semester pertama 2023. Realisasi pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding bulan Mei yang mencapai 17,7 persen.

"Semuanya menggambarkan tren penerimaan negara yang mengalami normalisasi karena 2 tahun berturut-turut yaitu 2021 dan 2022 kenaikkan dari penerimaan sangat tinggi," tutur dia, dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR RI, di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (10/7/2023).

Perlambatan pertumbuhan tersebut selaras dengan mayoritas penerimaan neto per jenis pajak yang masih tumbuh positif namun mengalami moderasi. Bahkan sejumlah jenis pajak sudah tercatat mengalami kontraksi.

Baca juga: Pajak Natura Diprediksi Tidak Signifikan Dongkrak Pendapatan Negara

Pajak penghasilan (PPh) final menjadi jenis pajak yang mengalami kontraksi paling dalam. Tercatat realisasi PPh final anjlok 47 persen menjadi Rp 57,1 triliun. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh adanya Program Pengungkapan Sukarela (PPS) pada 2022, sehingga mendongkrak realisasi penerimaan PPh final tahun lalu.

Selain itu, kontraksi juga sudah dirasakan oleh pajak yang berkaitan dengan aktivitas impor. Tercatat PPh 22 impor terkontraksi 2,4 persen menjadi Rp 36,5 triliun dan PPN impor terkontraksi 0,4 persen menjadi Rp 123,7 triliun.

Meskipun demikian, sejumlah jenis penerimaan pajak lain masih tumbuh pesat. Seperti hal nya PPN dalam negeri yang masih tumbuh 23,5 persen menjadi Rp 217 triliun, ditopang oleh peningkatan konsumsi domestik stabil.

Baca juga: Daftar Fasilitas Kantor yang Dikenakan Pajak

Selain itu, PPh badan juga tercatat masih meningkat 26,2 persen menjadi Rp 263,7 triliun, didukung profitabilitas usaha dan dampak harga komoditas yang bertahan tinggi pada 2022. Akan tetapi, realisasi pertumbuhan PPh badan sebenarnya jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 133,7 persen.

"Ini lah yang kami baca sebagai sebuah pencapaian namun perlu juga kewasapdaan karena tren semenjak bulan Juni ini akan terus 'ajeg' sampai dengan akhir tahun pertumbuhannya diproyeksi normalisasi," ucap Sri Mulyani.

Walaupun pertumbuhannya melambat, Kemenkeu memproyeksi, penerimaan pajak sampai akhir tahun ini dapat mencapai Rp 1.818,2 triliun, atau lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam APBN, yakni sebesar Rp 1.718 triliun. Proyeksi ini ditopang oleh tren pertumbuhan ekonomi yang berlanjut serta efektivitas implementasi kebijakan dan pengawasan kepatuhan perpajakan.

Baca juga: Penerapan Pajak Natura Bakal Berdampak ke Gaji Karyawan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com