Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Asuransi, Masyarakat Akan Terbebani Peningkatan Biaya Medis

Kompas.com - 26/07/2023, 05:47 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengatakan biaya yang harus dikeluarkan secara pribadi (out of pocket) oleh masyarakat Indonesia terkait kesehatan diperkirakan terus tumbuh.

Hal tersebut lantaran proyeksi inflasi medis diperkirakan akan mencapai 13,6 persen, atau lebih besar empat kali lipat dari inflasi ekonomi secara umum sebesar 3,5 persen.

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menerangkan, industri asuransi juga mencatat pertumbuhan pada nilai klaim asuransi kesehatan.

Baca juga: AAJI Paparkan Pentingnya Asuransi Kesehatan di Tengah Inflasi Medis

Selain adanya inflasi medis, klaim asuransi kesehatan juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi medis yang terbaru.

Selain itu, masyarakat menunjukkan tren memulai kembali perawatan kesehatan yang mungkin sempat tertunda di masa pandemi.

"Jika tidak menggunakan asuransi, maka biaya yang harus dikeluarkan secara pribadi (out of pocket) akan semakin tinggi,” kata Budi dalam Media Workshop bertajuk Asuransi Kesehatan: Tantangan, Peluang, dan Industri Pendukungnya, Selasa (25/7/2023).

Baca juga: Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak dengan Asuransi

Ia menjelaskan, biaya yang harus dikeluarkan secara pribadi terkait kesehatan di Indonesia masih tinggi.

Data dari Bank Dunia menunjukkan, pengeluaran pribadi masyarakat Indonesia untuk kesehatan pada 2020 sekitar 31,8 persen. Di sisi lain inflasi medis diperkirakan akan tembus 13,6 persen tahun ini.

"Kalau saat ini saja out of pocket expenditure-nya sudah ada di 30 pesen dan medical inflation terus tinggi, kan kesimpulannya porsi ini bisa tetap atau tambah besar dari 30 persen," imbuh dia.

Baca juga: OJK Terbitkan Peraturan Pemisahan Unit Syariah Perusahaan Asuransi dan Reasuransi

Sebagai ilustrasi, ketika seseorang sakit dan membutuhkan biaya Rp 10 juta, data menunjukkan masyarakat akan menanggung sekitar Rp 3 juta. Sementara Rp 7 juta telah ditanggung pihak lain.

Masalahnya, jika pengeluaran Rp 10 juta tadi terus terkerek dengan tingkat inflasi medis, maka biaya yang harus dibayarkan oleh masyarakat juga akan melonjak.

"Cepat atau lambat itu akan terasa memeberatkan. Jadi sebetulnya, bukan bagaimana memasarkannya, tapi meyakinkannya. Sebetulnya kalau datanya terus begitu, makin sadar asuransi kesehatan semakin diperlukan," tandas dia.

Baca juga: 7 Asuransi Bermasalah Masuk Pengawasan Khusus OJK, Nasibnya Belum Diputuskan

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Terpilih Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menyatakan, peningkatan biaya kesehatan disebabkan oleh berbagai faktor seperti meningkatknya permintaan, biaya produksi yang naik, adanya ketidakpastian, jumlah fasilitas dan sarana kesehatan yang tidak sebanding, serta motif mencari keuntungan.

“Berdasarkan faktor-faktor tersebut, masyarakat harus mengatur strategi untuk menyiasati kenaikan biaya kesehatan, di antaranya dengan menjadi peserta dalam jaminan kesehatan, menggunakan asuransi kesehatan, menyisihkan anggaran kesehatan rutin, dan melakukan evaluasi berkala terhadap keuangan maupun produk proteksi kesehatan,” tutup Hermawan.

Sebagai informasi, Mercer Marsh Benefits (MMB) dalam Health Trends 2023 melaporkan tren biaya kesehatan atau medical trend rate di Indonesia diproyeksikan meningkat sampai dengan 13,6 persen di tahun 2023.

Proyeksi kenaikan biaya kesehatan ini bahkan lebih tinggi jika disandingkan dengan rata-rata di Asia yakni sebesar 11,5 persen. Hal itu, termasuk lebih tinggi daripada perkiraan inflasi Indonesia yang diperkirakan bisa menyentuh level 4 persen.

Baca juga: Salah Persepsi soal Asuransi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com