Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Penggilingan Padi Tutup, Bos Bulog: Sedang Ditangani Kementerian Pertanian

Kompas.com - 16/08/2023, 17:41 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Umum Perum Bulog Budi Waseso merespons soal banyak penggilingan padi yang skala kecil gulung tikar alias tutup lantaran harga beras terlalu tinggi sehingga tidak bisa bersaing dan merugi.

Budi Waseso mengatakan, saat ini persoalan itu sedang sedang ditangani oleh Kementerian Pertanian.

Dia menilai, alasan banyak penggilingan padi skala kecil tutup lantaran ketersediaan beras saat ini sedang sedikit. Sementara penggilingan padi biasanya dapat jatah untuk memproduksi jika stok beras banyak yang membuat penggilingan beras skala besar kewalahan.

Baca juga: Pengusaha Beras Sebut Banyak Pemilik Penggilingan Padi Tutup karena Merugi

"Sedang ditangani Kementerian Pertanian, sekarang kan penggilingan tutup karena supplynya dia kalau berlebihan, biasanya baru penggilingan penggilingan kecil itu bisa ngambil. Karena harganya kan murah. Kalau sekarang supply kurang itu kan harganya mahal, maka diambil oleh penggilingan modern," ujarnya saat ditemui media di kawasan Senayan, Rabu (16/6/2023).

Pria yang akran disapa Buwas itu memastikan, persoalan tersebut tidak berpengaruh sama sekali terhadap Perum Bulog yang bertugas mengamankan stok cadangan pangan pemerintah (CPP).

"Eggak ada masalah, Bulog itu kan hanya bufer stock, dan penugasan dari negara. Jadi kalau kita berlebihan dan harganya jatuh kita ngambil dengan harga standar, jadi petani masih diuntungkan," kata Buwas.

Sementara untuk para petani sendiri, lanjut Buwas, sedang bahagia lantaran harga gabah kering petani (GKP) sedang bagus-bagusnya. "Oh iya untuk harga-harga bagus. Kan sekarang harganya gabah kering panen GKP itu Rp 6.200-6.700, jadi bagus," ucap dia.

Diberitakan sebumnya, Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) DKI Jakarta, Nellys Soekidi mengungkapkan, banyak penggilingan padi gulung tikar alias tutup lantaran harga beras terlalu tinggi sehingga tidak bisa bersaing dan merugi.

Dia menjelaskan saat ini harga beras medium rata-rata sebelumnya dibanderol Rp 10.500-10.600 per kilogram, naik sebesar Rp 700-800 menjadi Rp 11.300 per kilogram. Pun dengan beras kualitas premium yang naik menjadi di atas Rp 12.000-an per kilogram.

Sementara harga rendemen padi turun yang biasanya 1 kuintal berat gabah atau W2 dibanderol Rp 5.800 sekarang menjadi Rp 5.500.

“Rendemen itu konversi dari gabah menjadi beras biasanya 1 kuintal W2 mendapatkan Rp 5.800 sekarang Rp 5.500. Sudah harga tinggi, rendemennya turun. Gabah Rp 6.500 sudah enggak untung maka pabrik penggilangan banyak yang tutup pabrik kecil,” ujar Nellys saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/8/2023).

Baca juga: Pengusaha Pesimistis Gerakan Kejar Tanam Padi Penuhi Stok Beras Saat El Nino

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com