JAKARTA, KOMPAS.com - Alan Joyce mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya sebagai CEO Qantas Airlines Limited pada hari ini, Selasa (5/9/2023). Pengunduran diri dilakukan lebih cepat dua bulan dari rencana semula pada November mendatang.
Posisi Joyce pun segera digantikan oleh Vanessa Hudson yang akan efektif mengisi posisi puncak pimpinan maskapai penerbangan nasional Australia itu pada 6 September 2023.
Joyce yang sudah menjabat selama hampir 15 tahun mundur sebagai buntut dari sejumlah permasalahan yang dihadapi maskapai. Qantas saat ini tengah terlibat dalam skandal penjualan ribuan tiket penerbangan yang sudah dibatalkan.
Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) menggugat Qantas dengan tuduhan menjual lebih dari 8.000 tiket penerbangan yang telah dibatalkan. Penjualan tiket bodong itu berlangsung pada pertengahan 2022.
Baca juga: Maskapai Qantas Optimistis Kapasitas Pesawat Pulih 100 Persen Tahun 2024
"Dalam beberapa minggu terakhir, fokus pada Qantas dan peristiwa-peristiwa di masa lalu memperjelas bagi saya bahwa perusahaan perlu bergerak maju dengan pembaruan sebagai prioritas," ujar Joyce dalam keterangan resmi Qantas.
"Hal terbaik yang dapat saya lakukan dalam situasi seperti ini adalah memajukan masa pensiun saya, dan menyerahkannya kepada Vanessa serta tim manajemen baru sekarang, karena mengetahui bahwa mereka akan melakukan pekerjaan dengan baik," lanjutnya.
Joyce menuturkan, selama 22 tahun berkarir di Qantas, dengan 15 tahun sebagai CEO, ada banyak hal yang telah dicapai perusahaan, termasuk restrukturisasi keuangan pasca pandemi Covid-19.
Baca juga: Maskapai Australia Qantas Catat Rekor Kerugian Rp 28,9 Triliun
Qantas membukukan laba sebelum pajak sebesar 247 miliar dollar Australia atau 1,6 miliar dollar AS hingga akhir Juni 2023, membaik dari tahun sebelumnya yang membukukan kerugian sebesar 1,86 miliar dollar Australia.
"Ada banyak pasang surut, dan jelas masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, terutama untuk memastikan kami selalu memberikan hasil yang terbaik bagi pelanggan," kata dia.
"Namun saya keluar dengan kesadaran bahwa perusahaan ini secara fundamental kuat dan memiliki masa depan cerah," ucap Joyce.
Baca juga: Maskapai Australia Qantas Bakal PHK 6.000 Pegawai
Reputasi Qantas dengan kepimpinan Joyce terus menurun sejak pandemi Covid-19 dan menimbulkan banyak keluhan dari publik.
Terjadi peningkatan penundaan dan pembatalan penerbangan, persoalan kehilangan bagasi, pemecatan karyawan, hingga penjualan tiket yang sudah dibatalkan.
Ketua Perusahaan Qantas Richard Goyder mengatakan, Joyce selalu mengutamakan kepentingan Qantas, yang ditunjukkan pula melalui keputusan pengunduran dirinya.
Baca juga: Gaji CEO Maskapai Qantas Airways Tertinggi di Asia Pasifik
Ia menuturkan, transisi kepemimpinan ini terjadi di saat Qantas menghadapi banyak tantangan. Oleh sebab itu, pihaknya akan mendorong untuk melakukan perbaikan pada perusahaan untuk mengembalikan kepercayaan publik.
"Kami mempunyai tugas penting yang harus dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, dan itulah yang menjadi fokus dewan direksi, dan apa yang akan dilakukan oleh manajemen di bawah kepemimpinan Vanessa,” kata Goyder.
Adapun rencananya Qantas melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada November mendatang untuk mengesahkan penunjukan Vanessa Hudson sebagai CEO, beralih dari posisi sebelumnya sebagai direktur keuangan atau Chief Financial Officer (CFO). Sementara itu posisi CFO akan diisi oleh Rob Marcolina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.