Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak Strategi Investasi Jelang Tahun Politik

Kompas.com - 04/10/2023, 17:10 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia bersiap menyambut pesta demokrasi 2024, dengan Pemilu (Legistatif dan Presiden) pada 14 Februari 2024, serta Pilkada serentak pada 27 November 2024.

Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengatakan, ketidakpastian politik terkait Pemilu kerap menimbulkan kekhawatiran sebagian investor di pasar modal.

Dia bilang, hal ini terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data historis, kinerja pasar saham dan obligasi di tahun pemilu lebih dipengaruhi oleh faktor makroekonomi global dan domestik dibandingkan faktor politik.

Lalu, seperti apa strategi investasi yang baik jelang tahun politik?

Baca juga: Tips Investasi Reksa Dana ala Bos AllianzGI: Rutin Bangun Portofolio

“Menyusun strategi investasi, perlu mengetahui dulu kondisi pasar di luar dan dalam negeri serta kelas aset yang berpotensi memberikan kinerja positif,” kata Katarina dalam siaran pers, Rabu (4/10/2023).

“Selanjutnya, mulai menyusun portofolio, dan kemudian menyesuaikan komposisi aset di dalam portofolio dengan tujuan keuangan, jangka waktu, dan profil risiko kita,” tambahnya.

Untuk lebih rincinya, simak strategi investasi jelang tahun politik:

1. Melihat kondisi pasar

Katarina mengatakan, saat ini kondisi pasar Asia masih menawarkan iklim investasi yang lebih ideal bagi para investor.

Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang membaik, angka inflasi yang mulai melandai, dan suku bunga di kawasan ini juga diperkirakan sudah berada di puncaknya.

“Ini sangat bertolak belakang dengan kondisi di negara belahan dunia barat yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan serta inflasi yang tinggi,” ujar dia.

Pemulihan ekonomi China yang tidak terlalu positif membawa potensi keuntungan tersendiri bagi negara-negara lain di kawasan Asia untuk mendapatkan aliran dana investor asing yang mencari peluang di luar China.

2. Kondisi pasar domestik

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21 September 2023 telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen.

Keputusan BI telah memperhitungkan potensi kenaikan suku bunga The Fed satu kali lagi hingga akhir 2023. Faktor lainnya dari domestik adalah perekonomian Indonesia yang dipandang masih tetap bagus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com