Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KCIC Bidik Bos-bos untuk Naik Kereta Cepat "First Class" yang Tarifnya Bisa sampai Rp 600.000

Kompas.com - 17/10/2023, 22:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merespons isu tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Kereta Cepat Whoosh yang disebut-sebut mencapai Rp 600.000 untuk first class.

Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi sendiri tidak membantah isu tarif tersebut. Menurutnya, tarif sebesar Rp 600.000 itu bisa saja diterapkan karena memang menargetkan segmen kelas atas seperti bos-bos besar.

"Tarif itu persepsi sih. Kalau Rp 600.000 first class ya kan kita nyasarnya juga bos-bos. Bos-bos memang mikir akses? Mikir waktu," ujarnya saat ditemui di Stasiun Halim, Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Menurutnya manfaat penghematan waktu dari penggunaan Kereta Cepat Whoosh sudah diakui. Seperti diketahui, dengan kereta cepat penumpang dari dari Jakarta menuju Bandung hanya membutuhkan waktu 45 menit.

Baca juga: Wamen BUMN Buka Suara Soal Kereta Cepat Jakarta-Bandung Disebut Baru Bisa Balik Modal 139 Tahun

Dwiyana bilang, dirinya menerima testimoni oleh salah satu penumpang yang mengaku sudah beberapa kali menaiki kereta cepat dan merasakan perbedaan waktu perjalanan dibandingkan moda transportasi darat lainnya.

"Ini kan sebagian ngomong ke saya ya. 'Pak, saya udah nyoba 3-4 kali kereta cepat nih. Kemarin naik mobil 3,5 jam. Jet lag katanya'. Itu namanya membuat mereka tergantung sama kita, yang semula kebutuhan jadi bergeser keinginan," ungkap dia.

Saat ini KCIC sendiri baru menerapkan tarif kereta cepat untuk kelas economy premium sebesar Rp 150.000 ke semua rute hingga akhir November 2023. Setelahnya, penetapan tarif akan kembali dievaluasi.

Baca juga: KCIC Tebar Promo, Harga Tiket Kereta Cepat Whoosh Jadi Rp 150.000

Dwiyana mengungkapkan, KCIC berencana menerapkan tarif kereta cepat dinamis setelah promo berakhir. Lantaran, Kereta Cepat Whoosh memang merupakan kereta komersial.

Menurutnya penerapan tarif dinamis ini umum dilakukan pada moda transportasi kereta PT KAI (Persero) yang memang komersil, serta moda transportasi udara. Di mana, ketika peak season maka harganya bisa naik.

"Tarif itu, kan kita bisa pakai dynamic pricing. Kayak pesawat, kapan naik, kapan turun tergantung strategi perusahaan kan. Waktu offpeak, kita turunin. Waktu holiday season atau weekend, kita naikin. Biasa kan itu sebenarnya," papar dia.

Baca juga: Cara Beli Tiket Kereta Cepat Whoosh lewat Access by KAI

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com