Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamen BUMN Buka Suara Soal Kereta Cepat Jakarta-Bandung Disebut Baru Bisa Balik Modal 139 Tahun

Kompas.com - 17/10/2023, 20:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri (Wamen) BUMN Rosan P Roeslani merespons pernyataan Ekonom Senior Indef Faisal Basri yang menyebut butuh waktu lebih dari 100 tahun untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung balik modal.

Menurut penghitungan Faisal Basri, dalam skenario terburuk, break even point atau balik modal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung baru akan tercapai dalam kurun waktu 139 tahun.

Menanggapi hal itu Rosan mengatakan, penghitungan yang dilakukan Faisal Basri hanya berdasarkan penjualan dari tiket kereta cepat, tanpa memperhitungkan pendapatan dari lini bisnis lainnya. Seperti penyewaan tenant, sponsorhip, hingga penamaan stasiun (naming rights).

"Itu kan hanya hitungan dari tiket. Tapi ini ada tenant, ada sponsor, ada naming rights. Jadi kalau dilihat hanya dari tiket, ya mungkin beda hitung-hitungan," ujarnya saat ditemui di Stasiun Halim, Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Baca juga: Balik Modal Kereta Cepat Whoosh Bisa 48,3 Tahun, Faisal Basri: Tapi Ini Asumsi Surga...

Menurutnya, hitung-hitungan nilai ekonomi dari Kereta Cepat Whoosh tersebut tak bisa hanya dilihat dari satu sudut pandang saja. Rosan bilang, ada sejumlah manfaat yang juga didapat dari proyek itu, seperti transfer teknologi.

Hal ini penting mengingat Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan transportasi baru di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Terlebih, rencananya pembangunan kereta cepat akan dilanjutkan hingga ke Surabaya.

"Kita ingin mengembangkan kereta cepat ini ke kota-kota lainnya, contohnya ke Surabaya. Pasti kan ada suatu learning process, rencananya ini juga ada transfer teknologi. Jadi kita mesti lihat ini secara keseluruhan," papar Rosan.

Dampak lainnya yakni meningkatkan perputaran ekonomi bagi pelaku UMKM, serta berdampak pula pada sektor sosial dan budaya masyarakat. Lantaran, kereta modern ini diharapkan mendorong orang untuk tertarik beralih ke transportasi umum.

"Jadi, kalau dihitung semua dampak dari adanya kereta cepat, itu akan sangat signifikan dan bisa menjustifikasi adanya kereta cepat ini," ucap dia.

Sebelumnya, Faisal Basri membagi simulasi perhitungan balik modal Kereta Cepat Whoosh ke dalam beberapa skenario. Dalam asumsinya, nilai investasi dari pembangunan kereta cepat sebesar 8 miliar dollar AS, dengan kurs Rp 14.300 per dollar AS, sehingga nilai investasinya setara Rp 114,4 triliun.

Baca juga: PNS Pindah ke IKN, Faisal Basri: Mati Itu Kereta Cepat

Pada skenario pertama yakni 'super optimistis' diasumsikan, harga tiket kereta cepat sebesar Rp 300.000. Seluruh kapasitas kereta cepat yang memiliki 601 tempat duduk di setiap rangkaian selalu terisi penuh dan memiliki 36 kali perjalanan setiap harinya.

Namun, asumsi ini belum memperhitungkan biaya operasi, bunga pinjaman, dan tidak ada pendapatan non operasional. Dengan demikian, potensi pendapatan yang didapat dari asumsi itu ialah sebesar Rp 2,37 triliun setiap tahunnya.

Sehingga, untuk mengembalikan nilai investasi semata senilai Rp 114,4 triliun, memerlukan waktu 48,3 tahun dalam skenario sangat optimistis.

Kemudian, apabila tempat duduk hanya terisi 75 persen, maka waktu yang diperlukan untuk balik modal adalah 64 tahun. Lalu, apabila hanya terdapat 30 perjalan setiap harinya, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung baru akan balik modal dalam 77,3 tahun.

Jika tarif kereta cepat diturunkan menjadi Rp 250.000, waktu pengembalian investasi pun semakin lama, yakni menjadi 92,7 tahun. Apabila kurs diasumsikan menjadi Rp 14.500 per dollar AS, butuh waktu 94 tahun untuk balik modal.

Dalam skenario terburuk, Faisal menyebutkan, balm modal kereta cepat baru akan tercapai dalam kurun waktu 139 tahun. Skenario ini dibuat dengan asumsi tingkat okupansi sebesar 50 persen, jumlah perjalanan sebanyak 30 per hari, dan harga tiket Rp 250.000.

"Jadi jika nilai investasi tetap, seat-nya kalau 50 persen tadi (balik modal) 139 tahun," ucap Faisal Basri dalam diskusi publik 'Beban Utang Kereta Cepat di APBN', Selasa (17/10/2023).

Baca juga: KCIC Tebar Promo, Harga Tiket Kereta Cepat Whoosh Jadi Rp 150.000

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com