Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Strategi Investasi Portofolio 60/40, Apa Fungsinya?

Kompas.com - 21/10/2023, 14:41 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu strategi investasi yang kerap digunakan rata-rata investor adalah portofolio 60/40. Strategi ini juga banyak digunakan di era pandemi dan menghadapi dinamika pasar.

Direktur Pelaksana dan Penasihat Kekayaan Senior di Manajer Aset Neuberger Berman Holly Newman Kroft menjelaskan, strategi portofolio 60/40 masih relevan untuk digunakan.

"Portofolio 60/40 tentu saja belum mati, perlu dimodernisasi," kata dia dikutip dari CNBC, Sabtu (21/10/2023).

Portofolio 60/40 merupakan strategi investasi dengan mengalokasikan 60 persen pada saham dan 40 persen pada obligasi.

Baca juga: Supaya Investasi Kondusif, Bahlil Ingin Tak Ada Lagi Cebong-Kampret pada Pilpres 2024

Portofolio ini kerap disebut portofolio yang tradisional dan memiliki tingkat risiko moderat.

Secara umum, strategi portofolio 60/40 dapat digunakan sebagai awal dari diversifikasi investasi yang lebih luas.

Dalam strategi ini, saham diharapkan dapat menjadi mesin pertumbuhnan portofolio.

Adapun dalam praktiknya, ketika saham memiliki kinerja buruk, obligasi diharapkan dapat menjadi penyeimbang. Pasalnya, dua kelas aset tersebut kerap kali tidak bergerak bersamaan.

Strategi investasi dengan portofolio 60/40 terbukti memberikan kinerja yang baik bagi investor sepanjang 2021.

Ahlistrategi portofolio Morningstar Amy Arnott mengatakan, investor mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan merek yang memiliki strategi lebih kompleks.

Hal tersebut sekurang-kurangnya terbukti pada periode 2019-2021.

Namun, inflasi yang melonjak sejak 2022 membuat para investor perlu memikirkan kembali strategi investasi portofolio 60/40 tersebut.

Baca juga: Berapa Pendapatan yang Harus Dianggarkan Saat Memulai Investasi?

Pasalnya, saham dan obligasi dinilai mulai bergerak beriringan. Mekanisme pertahanan obligasi sebagai peredam saham tidak lagi berfungsi.

Bank Sentral pada umumnya akan menaikkan suku bunga acuan ketika terjadi inflasi. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melirik kelas aset lain yang relatif aman dan imbal hasilnya naik, misalnya deposito.

Secara teknis, porsi saham yang semula 60 persen dapat dikurangi hingga 10 persen untuk beralih ke investasi alternatif.

"Hal ini kemungkinan akan meningkatkan hasil investasi dan, mengingat sifat khas dari alts dapat mengurangi risiko pergerakan aset-aset tersebut bersamaan dengan saham," tutup dia.

Baca juga: Target Investasi Tahun Depan Rp 1.650 Triliun, Bahlil: Menko Airlangga Jago Bikin Angka, tapi Enggak Jelas...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com