Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Pertumbuhan Ekonomi RI yang Dicanangkan Capres dan Cawapres Dinilai "Ambisius"

Kompas.com - 27/10/2023, 17:10 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan mengikuti gelaran Pilpres 2024 telah menyampaikan target pertumbuhan ekonomi Indonesia apabila nantinya terpilih. Dua pasangan calon menyampaikan target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen setiap tahunnya.

Berdasarkan dokumen visi-misi masing-masing pasangan calon, pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,5-6,5 persen setiap tahunnya pada periode 2025-2029, kemudian pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD menargetkan rata-rata pertumbuhan sebesar 7 persen, sementara pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka tidak menyantumkan target pertumbuhan ekonomi dalam dokumen visi-misinya.

Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menilai, target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dipatok oleh pasangan calon Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud ambisius. Pasalnya, saat ini Indonesia masih dihadapi kondisi perekonomian global yang tidak menentu.

Baca juga: Janji Prabowo-Gibran: Makan Siang dan Susu Gratis di Sekolah

"Visi misi terkait target pertumbuhan ekonomi Ganjar maupun Anies masih sangat normatif dan cukup ambisius. Bisa dikatakan overshoot," ujar dia, kepada Kompas.com, Jumat (27/10/2023).

Bhima menjelaskan, perekonomian global diproyeksi melambat dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. Hal ini dipicu oleh berlanjutnya konflik geopolitik, fluktuasi harga komoditas, hingga munculnya fenomena deglobalisasi.

Sementara itu, perekonomian Indonesia sendiri disebut masih bergantung terhadap kondisi global, utamanya berkaitan dengan harga komoditas yang menjadi andalan ekspor tanah Air. Seiring dengan perlemahan ekonomi dunia, maka permintaan terhadap komoditas andalan RI pun diproyeksi melemah, yang pada akhirnya berdampak terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.

"Kalau sisi permintaan globalnya turun, misalnya China ekonominya melambat maka sangat menantang bagi Indonesia untuk tumbuh diatas 5,5 persen apalagi 7 persen," katanya.

Bhima mengapresiasi langkah pasangan calon Anies - Muhaimin dan Ganjar - Mahfud yang berencana menyentuh aspek ekonomi baru seperti energi hijau dan ekonomi digital, guna mendongkrak laju pertumbuhan PDB. Akan tetapi, masih terdapat banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, seperti perbaikan kualitas sumber daya manusia, industrialisasi, hingga pemanfaatan pembangunan infrastruktur.

Baca juga: Mengintip Target Pertumbuhan Ekonomi Capres-Cawapres pada Pilpres 2024

"Jadi PR-nya memang masih banyak," kata dia.

Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menyebutkan, Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan untuk mengerek pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen hingga 6 persen. Hal ini terbukti dari data histori Indonesia yang mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 6 persen pada periode 2007-2012.

"Artinya sebenarnya ada pos yang kemudian bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran target yang ingin disasar oleh capres dan cawapres yang ingin bertarung di 2024 nanti," tutur dia.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan di kisaran 5 persen dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun terakhir disebabkan oleh belum maksimalnya pertumbuhan sektor andalan Indonesia, seperti manufaktur. Oleh karenanya, ia menunggu para pasangan calon untuk menyampaikan secara lebih detail bagaimana upaya untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.

"Kalau kita bicara apa saja yang kemudian dibutuhkan untuk mencapai pertemuan ekonomi di atas 5 persen maka kita perlu melihat sektor apa yang menjadi kontributor terbesar Indonesia saat ini dan apa sektor yang punya potensi untuk bisa menjadi terbesar dalam beberapa tahun nanti," ucapnya.

Baca juga: Janji Ekonomi Anies-Imin: 15 Juta Lapangan Pekerjaan Baru, KPR Bersubsidi hingga Hilirisasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com