Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sentimen Penurunan Suku Bunga The Fed, Wall Street Lanjutkan Penguatan

Kompas.com - 19/12/2023, 07:09 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Bursa saham AS atau Wall Street berakhir di zona hijau pada perdagangan Senin (18/12/2023) waktu setempat atau Selasa pagi WIB. Pelaku pasar mempertahankan momentum kenaikan setelah pekan lalu, The Fed berencana menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 0,86 poin menjadi berakhir pada level 37.306,02. S&P 500 menguat 0,45 persen, ditutup pada level 4.740,56. Nasdaq Komposit bertambah 0,61 persen menjadi 14.904,81.

Di kelompok S&P 500, saham Meta Platforms naik hampir 3 persen, sementara induk Google, Alphabet menguat lebih dari 2 persen.

Baca juga: Wall Street Lanjutkan Kenaikan

US Steel melonjak 26 persen setelah Nippon Steel Jepang mengatakan akan membeli perusahaan tersebut dalam kesepakatan senilai 14,9 miliar dollar AS. S&P 500 mengalami kenaikan mingguan terpanjang sejak 2017. Indeks tersebut menguat 3,8 persen untuk bulan ini.

Pada bulan Desember, Dow naik 3,8 persen, dan Nasdaq naik 4,8 persen. Dow juga mencatat rekor intraday pada hari Jumat, sementara Nasdaq 100 mencatatkan penutupan tertinggi baru.

Sentimen investor berubah positif minggu lalu setelah Federal Reserve mengindikasikan tiga penurunan suku bunga jangka pendek diperkirakan terjadi pada tahun 2024 di tengah menurunnya inflasi. Imbal hasil Treasury AS 10 tahun juga mengalami penurunan dan berada di bawah level 4 persen.

“Ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah kita lihat sepanjang bulan ini, yaitu inflasi tampaknya mulai turun, dan suku bunga cenderung lebih rendah dan pendapatan, hingga saat ini, telah stabil,” kata kepala strategi ekuitas di US Bank Wealth Management Terry Sandven.

“Itu adalah latar belakang yang konstruktif untuk ekuitas,” lanjut dia.

Namun, menurut Sandven masih ada kekhawatiran bagi investor menjelang tahun baru. Ahli strategi memperkirakan akan ada perlambatan pada pendapatan korporasi karena proyeksi saat ini terlalu tinggi.

“Potensi tekanan pendapatan perusahaan, selain valuasi yang sudah meningkat, merupakan salah satu faktor yang melemahkan prospek optimisme kami,” tambah Sandven.

“Kami pikir tarik-menarik antara pasar bullish dan bearish tetap seimbang di tahun baru,” tegasnya.

Baca juga: IHSG Ditutup Merosot 71 Poin, Rupiah Melemah ke Kisaran Rp 15.500 Per Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com