Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin "Return" Investasi Stabil, Investor Jangka Pendek Bisa Menjajal Produk "Stable Earn"

Kompas.com - 19/12/2023, 19:31 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Investor jangka pendek yang menginginkan "return" stabil serta dijamin negara bisa menjajal produk baru Bibit.id yakni "Stable Earn". Tenor "Stable Earn" yang tersedia di Bibit saat ini adalah lima bulan.

Underlying asset Stable Earn adalah produk investasi obligasi negara jangka pendek yang dijamin oleh negara, sehingga dari segi keamanan sudah 100 persen aman. Nilai pokok investasi beserta return-nya juga dijamin akan diterima investor pada saat jatuh tempo.

"Stable Earn merupakan produk yang sangat cocok untuk investasi jangka pendek karena grafik return-nya stabil sampai jatuh tempo," ujar William, PR & Corporate Communication Lead Bibit.id, melalui keterangannya, Selasa (19/12/2023).

Ia mencontohkan, apabila pengguna Bibit membeli Stable Earn tanggal 18 Desember 2023, maka pengguna bisa mendapatkan return sebesar 5,51 persen per tahun apabila pengguna meng-hold produk tersebut sampai jatuh tempo di tanggal 15 Mei 2024.

Nah, selain aman, imbal hasil dan kepastian jatuh tempo terjaga, berikut ada beberapa keunggulan produk Stable Earn dari Bibit.

Pertama, return Stable Earn lebih tinggi dari rata-rata bunga deposito bank BUMN yang berada di kisaran 3-4 persen per tahun.

Kedua, tidak seperti deposito di bank yang hanya dijamin hingga Rp 2 miliar per nasabah per bank, investasi di Stable Earn dijamin oleh negara dengan tanpa batas maksimal karena underlying asset-nya adalah Obligasi Negara.

Ketiga, pajak Stable Earn hanya 10 persen, sementara pajak deposito adalah 20 persen.

Baca juga: Benarkah Investasi Obligasi Lebih Cocok untuk Orang Kaya Saja?

Investasi obligasi diminati

Sebelumnya, PT Bank DBS Indonesia (DBS Indonesia) melaporkan, nasabah prioritas atau yang memiliki rekening Rp 500 juta sampai Rp 2 miliar lebih gemar berinvestasi di obligasi dan reksa dana.

Pada demografi tertentu nasabah mencari produk yang memiliki imbal hasil optimal sesuai dengan pertimbangan risikonya.

Obligasi disebut memiliki imbal hasil yang tetap melalui suku bunga kupon (coupon rate) tergantung produknya.

Adapun, nasabah biasanya lebih memilih obligasi pemerintah yang dinilai lebih terjamin, atau risikonya minimal.

DBS Indonesia menjadi perbankan nomor empat terbesar dalam urusan distribusi obligasi pemerintah.

Baca juga: Keungguan Platform Transaksi Obligasi dan Sukuk BEI

Selain itu, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia juga menilai bahwa investasi pada instrumen surat utang atau obligasi khususnya obligasi pemerintah (SBN) cukup menarik karena saat ini tingkat suku bunga kebijakan Bank Indonesia sudah mencapai puncaknya.

Head of Fixed Income Mirae Asset Nita Amalia mengatakan, menilai investasi pada instrumen surat utang atau obligasi khususnya obligasi pemerintah (SBN) cukup menarik karena saat ini tingkat suku bunga kebijakan Bank Indonesia sudah mencapai puncaknya yang sebesar 5,75 persen.

“Kami menilai investasi pada obligasi tenor menengah-panjang cukup menarik saat ini agar dapat memanfaatkan momentum harga yang masih menarik di tengah suku bunga yang masih tinggi,” ujar Nita dalam Media Day, Kamis (13/4/2023).

Nita menilai, saat ini menilai obligasi bertenor pendek masih cenderung berfluktuasi mengingat prospek ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian. Dia bilang, sejak awal tahun, return obligasi juga masih positif terutama seiring dengan semakin tingginya kepercayaan investor asing pada efek utang pemerintah Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com