NEW YORK, KOMPAS.com - Jaringan gerai kopi Starbucks disebut menghadapi penjualan yang melemah di masa liburan akhir tahun. Hal ini karena adanya gelombang protes yang menyerang perusahaan dalam kaitannya dengan konflik Israel-Hamas.
Chief Executive Officer (CEO) Starbucks Laxman Narasimhan mengungkapkan, orang yang memprotes dan mengganggu gerainya akibat perang Israel-Hamas telah disesatkan oleh informasi palsu yang tersebar secara online.
Kabar tersebut terkait dengan posisi Starbucks dalam konflik itu.
Baca juga: Imbas Boikot, Kapitalisasi Pasar Starbucks Menguap Rp 186,43 Triliun
“Kami melihat para pengunjuk rasa dipengaruhi oleh representasi keliru di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan,” kata Narasimhan dalam sebuah surat kepada karyawan, dikutip dari CNN, Jumat (22/12/2023).
Banyak gerai Starbucks di seluruh dunia, termasuk di Amerika Utara yang menjadi sasaran protes hingga mengalami vandalisme.
Surat tersebut merupakan upaya untuk mengurai posisi Starbucks dalam kontroversi terkait perang Israel-Hamas.
Di sisi lain, Starbucks juga berusaha menjauhkan diri dari posisi pro-Palestina yang diambil oleh serikat pekerja Starbucks Workers United.
Baca juga: Starbucks Bantah Donasikan Keuntungan untuk Israel
Hal itu juga yang telah membuat marah beberapa pendukung pro-Israel.
Pada saat bersamaan, Starbucks menghadapi penjualan yang lemah dalam masa liburan. Beberapa analis pasar saham mengungkapkan, saham Starbucks mengalami penurunan terpanjang dalam sejarah.