Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapat Perdana 2024, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6 Persen

Kompas.com - 17/01/2024, 14:39 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan BI Rate, pada level 6 persen. Keputusan ini merupakan hasil dari gelaran Rapat Dewan Gubernur BI periode Januari 2024.

Selain itu, bank sentral juga mempertahankan tingkat suku bunga deposit facility dan lending facility. Dengan demikian, suku bunga deposit facility pun bertahan di level 5,25 persen dan lending facility tetap di level 6,75 persen.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 16 dan 17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (17/1/2024).

Baca juga: Pengeluaran Masyarakat untuk Mencicil Utang Meningkat gara-gara Suku Bunga Tinggi dan Pinjol

"Keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus pro stability, penguatan stabilitas nilai tukar rupiah, serta langkah preemptive forward looking memastikan inflasi tetap terkendali," sambungnya.

Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan diambil dengan melihat perkembangan kondisi perekonomian global. Perry menyebutkan, perekonomian dunia diproyeksi melambat, namun ketidakpastian pasar keuangan mulai mereda.

"Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 sebesar 3 persen dan melambat menjadi 2,8 persen pada 2024," tuturnya.

Di tengah potensi perlambatan tersebut, bank sentral menilai, kondisi perekonomian nasional masih terjaga. Pandangan ini dibuat dengan melihat pertumbuhan permintaan domestik yang berlanjut disertai kuatnya konsumsi jelang pelaksanaan pemilihan umum.

"Kinerja ekspor belum kuat sebagai dampak perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas," kata Perry.

Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) diyakini tetap mendukung stabilitas eksternal. Perry meyakini, NPI akan tetap terjaga, seiring dengan berlanjutnya surplus neraca dagang nasional.

Selain itu, aliran modal asing juga terus masuk ke pasar keuangan RI. Tercatat, terjadi aliran modal asing masuk ke pasar keuangan RI melalui investasi portofolio sebesar 5,45 miliar dollar AS hingga akhir tahun 2023.

"Dan pada Januari 2024, hingga 15 Januari 2024 tercatat sebesar 3 miliar dollar AS," ujarnya.

Di tengah tren masuknya aliran modal asing, nilai tukar rupiah sebenarnya cenderung melemah. Bank sentral mencatat, sejak awal tahun hingga 16 Januari kemarin, nilai tukar rupiah terdepresiasi 1,24 persen.

Namun demikian, Perry menilai, pergerakan rupiah masih terjaga. Pasalnya, mata uang negara tetangga mengalami koreksi yang lebih dalam seperti ringgit Malaysia (turun 1,95 persen), baht Thailand (turun 2,82 persen), dan won Korea Selatan (turun 3,24 persen).

"(Pergerakan nilai tukar rupiah) didukung meredanya ketidakpastian global, kecenderungan penurunan yield obligasi negara maju, dan menurunnya tekanan penguatan dollar AS," tutur Perry.

Sementara itu, laju inflasi dinilai masih terkendali, di mana pada pengujung tahun lalu mencapai level 2,61 persen secara tahunan. Angka itu lebih rendah dibandingkan Desember 2022, dengan inflasi sebesar 5,51 persen.

"Hasil nyata konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia yang pro stability, serta sinergi erat Bank Indonesia dengan pemerintah," ucap Perry.

Baca juga: Terkait Skema KPR 35 Tahun, BTN Inginkan Suku Bunga Berjenjang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com