Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thailand Gagal Jadi Negara Maju, Mantan Mendag: Saya Tidak Mau Ini Terjadi di Indonesia

Kompas.com - 29/01/2024, 21:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Eks Menteri Perdagangan (Mendag) 2020-2022 Muhammad Lutfi mengatakan, Indonesia perlu mempertahankan sikap kompetitif dalam program hilirisasi untuk mendukung kemajuan perekonomian nasional di masa depan.

Menurut dia, hilirisasi yang menuju industrialisasi merupakan kunci untuk membawa RI keluar dari kategori negara berpendapatan menengah atas (upper middle income country) menjadi negara berpendapatan tinggi, atau negara maju.

"Kita mesti mempertahankan kompetitifnya Indonesia supaya bisa menjadi negara industrialis," ujarnya dalam Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Talkshow: Blak-blakan Soal Mobil Nasional dan Polemik LFP vs Nikel di The East, Jakarta, Senin (29/1/2024).

Baca juga: Menjadi Negara Maju Menurut Tiga Capres

Ia menuturkan, Indonesia memiliki daya saing dalam meningkatkan nilai tambah dari komoditas sumber daya alam. Maka dari itu, pemerintah saat ini tengah menggenjot hilirisasi sejumlah komoditas, salah satunya nikel.

Menurut Lutfi, momentum bonus demografi yang saat ini dimiliki Indonesia, dan dibarengi dengan program hilirisasi yang dijalankan, menjadi langkah tepat untuk membawa RI menjadi negara maju di 2038, sehingga tidak terjebak dalam status negara berpendapatan menengah (middle income trap).

"Industrialisasi jadi kunci supaya Indonesia bisa keluar dari middle income. Kita lagi diuber deadline. Kalau tidak industrialisasi, kita telat dan tidak melaksanakan pada hari ini juga, maka kita tidak bisa keluar dari middle income trap pada 2038-2040, itu kita selesai," paparnya.

Lutfi pun berkaca pada negara Thailand yang gagal menjadi negara maju. Dia bilang, Negeri Gajah Putih itu gagal menjadi negara maju karena momentum bonus demografinya telah usai pada 2010 lalu, dan hanya diisi dengan konflik perebutan kepemimpinan antara raja dan perdana menteri.

"Thailand dijamin tidak akan menjadi negara maju atau berpendapatan tinggi. Dijamin. Kerana Thailand sudah lewat, 2010 bonus demografinya habis. dia berantem, kudeta, ribut, selesai. Kita tidak mau kejadian itu terjadi di Indonesia pada 2038," ucapnya.

Baca juga: RI Mau Jadi Negara Maju, Ekonomi Tak Cukup Tumbuh 5 Persen Per Tahun

Dia juga mengambil contoh dari kondisi negara Venezuela. Menurutnya, meski Venezuela memiliki sumber daya alam berupa minyak berlimpah, namun pengelolaan yang salah dan konflik yang terjadi di negara tersebut membuatnya tidak bisa menjadi negara maju.

"Venezuela menghasilkan 4 juta barrel per hari, tapi berantem, habis, selesai, dan dijamin tidak akan menjadi negara maju," katanya.

Oleh sebab itu, Lutfi menekankan, perlunya memilih pemimpin yang tepat dalam Pilpres 2024 mendatang. Menurutnya, pemimpin yang tepat adalah yang mau melanjutkan program hilirisasi dan membawa Indonesia menjadi negara industrialisasi.

"Kita sekarang dalam trajectory (lintasan) yang benar. Jangan sampai itu lewat, dengan salah mencari pemimpin, tidak mengerti industrialisasi, tidak mengerti hilirisasi, jamin kita tidak akan lewat middle-income trap. Nah sampai 2038 ini deadline kita (untuk jadi negara maju)," pungkasnya.

Baca juga: Ingin Indonesia Jadi Negara Maju sebelum 2045, Ini Pesan Luhut untuk Capres

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com